Kamis 06 Feb 2014 12:57 WIB

Industri Berimpor Besar Tumbuh, Bahayakah?

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa industri yang melakukan banyak impor tumbuh pada kuartal IV-2013. Sebagai contoh, sektor konstruksi tumbuh menjadi 6,7 persen dari 6,2 persen. Seperti diketahui, impor yang tinggi akan membahayakan defisit transaksi berjalan. Dalam hal ini, apakah kondisi tersebut membahayakan?

Ekonom dari Citi Research Helmi Arman mengatakan, walaupun sektor konstruksi mengalami pertumbuhan, penjualan di sektor properti melemah pada kuartal IV karena adanya pengetatan aturan KPR. Sektor manufaktur juga bertumbuh. "Tetapi tumbuhnya karena kenaikan konsumsi gas," ujar Helmi, kemarin.

Sementara itu, industri nonmigas masih melambat. Impor permesinan dan kendaraan juga melambat kendati masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi 2013 melambat menjadi 5,8 persen dari 6,1 persen pada 2012.

Helmi mengatakan konsumsi domestik belum kembali pulih. Selain itu, ekspor yang tinggi pada kuartal IV diprediksikan tidak berkelanjutan karena hanya meningkat pada sektor mineral. Ekspor tersebut tidak akan tinggi pada 2014 karena adanya UU Minerba. Helmi mengatakan bahwa Citi memprediksikan Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3 persen pada 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement