Rabu 05 Feb 2014 16:48 WIB

Kerugian Petani Sayur Membengkak

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani menyemprotkan obat antipenyakit ke tanaman cabe rawitnya di Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (4/2).  (Republika/Edi Yusuf)
Seorang petani menyemprotkan obat antipenyakit ke tanaman cabe rawitnya di Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (4/2). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Dampak tingginya intensitas hujan yang terjadi di wilayah kabupaten Semarang terus dikeluhkan para petani sayur mayur. Di wilayah Kecamatan Sumowono, sejumlah petani sayur mayur mengaku harus memikul kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat gagal panen.

Tanaman sayur mayur seperti sawi, tomat, cabai, onclang (daun bawang), dan kol ikut rusak akibat hujan yang terus mengguyur dengan intensitas tinggi. “Hujan sejak awal Januari terus berdampak pada tanaman sayuran jenis ini,” ungkap Ashari (48), petani asal Dusun Losari, Kecamatan Sumowono.

 

Musim hujan kali ini, tambahnya, menjadi masa sulit bagi petani sayur mayur. Sebab sebagian besar tanaman hortikultura ini rentan terhadap hujan dalam intensitas tinggi. Akibatnya, banyak tanaman yang rusak dan mati. Pada musim ‘basah’ seperti ini tanaman juga rentan terserang penyakit.

 

Ia juga mengungkapkan, untuk menyiasati musim juga telah tiga kali menanaam jenis tanaman yang berbeda. Mulai dari tanaman terong, cabe dan terakhir onclang. Namun ketiganya tak mampu memberikan hasil yang maksimal akibat dampak cuaca ini. “Total saya rugi puluhan juta akibat panen tak maksimal,” lanjut Ashari.

 

Hal yang sama diungkapkan Harjo (58), petani di Desa Sumowono. Ia mengaku rugi puluhan juta setelah tanaman cabe tidak jadi panen. 

Menurutnya, pada musim penghujan seperti sekarang banyak hama tanaman yang menyerang tanaman di ladaangnya. “Tanaman cabe, jenis penyakitnya macam-macam dan sulit ditangani, seperti pathek yang memngakibatkan busuk buah dan sulit diobati,” jelasnya.

 

Tanaman cabai, tambahnya, juga rentan terserang penyakit bule, dengan gejala daun menguning dan pohonnya tidak lama lagi akan mati.Upaya penaganan penyakit tanaman ini juga sudah diupayakan bersama- sama dengan petani lainnya, melalui  pengobatan.

 

Namun penyakit ini juga tidak kunjung berkurang. “Akibatnya puluhan petani di Desa Sumowono ini mengalami persoalan yang sama, rugi akibat gagal panen,” tambah Harjo.

 

Selain cabai, lanjut Harjo, kegagalan panen juga terjadi pada tanaman tomat, kubis dan sejumlah sayur mayur lainnya.

 

Widi (70) petani dari Desa Candigaron menambahkan, intensitas hujan pada musim penghujan tahun ini sangat tinggi. Bahkan selama satu pekan terakhir ini, cuaca di desanya juga terus memburuk. Hampir setiap hari turun hujan dalam durasi waktu yang lama.

 

Tingginya curah hujan membuat tanaman cabe mudah terkena penyakit dan mati. “Kini petani sudah kesulitan  modal untuk menanam lagi,” tambahnya.

 

Karena itu, ia juga berharap pemerintah memperhatikan kesulitan petani sayur mayur ini. Dia berharap, ada bantuan dari Pemkab Semarang untuk meringankan beban petani. “Minimal petani bisa memiliki kemudahan akses untuk mendapatkan kredit sebagai modal untuk bercocok tanam,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement