REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Chatib Basri kembali menekankan, tren surplus neraca perdagangan di kuartal IV 2013 silam tak lepas dari paket kebijakan stabilisasi ekonomi yang dilansir pemerintah beberapa waktu lalu. Meskipun begitu, Chatib memahami apabila sejumlah kalangan kerap mempertanyakan lambannya efektivitas paket kebijakan tersebut.
"Tentu, sebuah policy (kebijakan) itu bukan obat gosok di pinggir jalan. Yang ketika kita gosokkan, langsung hangat, langsung selesai seketika. Baik itu penyakit kulit, rematik dan lain-lain. Tapi Alhamdulillah, empat bulan setelah kombinasi dari policy BI dengan pemerintah dilakukan, tiga bulan terakhir neraca perdagangan kita membukukan surplus," ujar Chatib.
Chatib menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara 'Launch of The Corporate Governance Road Map and Corporate Governance Manual' di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (4/2).
Pada Senin (3/2), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Desember 2013 surplus 1,52 miliar dolar AS. Pencapaian ini meneruskan surplus November 2013 sebesar 776 juta dolar AS dan surplus Oktober 2013 senilai 42 juta dolar AS.
Paket kebijakan yang dimaksud dalam paparan Chatib adalah paket kebijakan ekonomi jilid I dan II yang dikeluarkan pemerintah. Paket kebijakan jilid I dilansir 24 Agustus 2013 terdiri dari empat bagian: Pertama, memperbaiki neraca transaksi berjalan dan menjaga nilai tukar rupiah. Kedua, menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Ketiga, menjaga daya beli masyarakat dan tingkat inflasi. Keempat, mempercepat investasi. Sedangkan paket kebijakan jilid II dilansir 9 Desember 2013, adalah penyesuaian tarif pemungutan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 atas impor barang tertentu dari semula 2,5 persen menjadi 7,5 persen. Kemudian, fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk atas impor untuk tujuan ekspor (d/h KITE).
Menurut Chatib, tren positif neraca perdagangan akan berimbas pada perbaikan defisit transaksi berjalan. "Bahkan, tadi pagi saya melihat dari report dari satu investment bank mengenai defisit transaksi berjalan, dikatakan defisitnya 2 persen dari PDB pada 2014. Kita tidak lagi bicara 2,5 persen, tetapi bicara di bawah 2 persen. Saya kira ini satu gejala yangg baik karena memberikan confidence," kata Chatib.