Rabu 29 Jan 2014 05:43 WIB

Jelang Kebijakan The Fed, Harga minyak 'Rebound'

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORk -- Pasar minyak 'rebound' atau berbalik naik pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena Amerika Serikat kembali dilanda cuaca sangat dingin lainnya yang mengirim harga bahan bakar pemanas dan gas alam naik di beberapa daerah.

Namun demikian para pedagang berhati-hati karena Federal Reserve mulai mempertimbangkan pengurangan stimulus lebih lanjut di tengah gejolak baru di pasar-pasar keuangan global.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret di New York Mercantile Exchange, menguat 1,69 dolar AS menjadi berakhir pada 97,41 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, patokan Eropa, naik 72 sen menjadi menetap di 107,41 dolar AS per barel di perdagangan London.

"Harga minyak AS telah menarik kembali beberapa kerugiannya setelah dua hari berturut-turut menurun menjadi bertahan naik cukup baik," ujar analis CMC Markets Michael Hewson.

"Premi cuaca dingin yang telah mendorong reli selama dua minggu terakhir terus mencegah aksi jual lebih besar," katanya menambahkan.

Para investor bersemangat menunggu hasil dari pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS yang dijadwalkan berakhir Rabu.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS secara luas diharapkan memutuskan pengurangan 10 miliar dolar AS lebih lanjut pada pembelian aset bulanannya menjadi 65 miliar dolar AS.

Pada Desember, FOMC mengatakan akan mulai mengurangi stimulusnya sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS per bulan pada Januari.

Langkah itu telah menyebabkan arus keluar modal dari pasar negara-negara berkembang, membuat saham dan mata uang mereka tenggelam.

"Pasar tetap gelisah dan bersikap agak berhati-hati karena fokus tetap pada kerja keras negara-negara berkembang," kata bank Prancis Credit Agricole dalam sebuah catatannya.

"Pertarungan tekanan saat ini mungkin belum diatasi namun masih ada beberapa cara untuk pergi sebelum ketegangan pasar berkurang," katanya.

Pedagang juga sedang menunggu laporan mingguan departemen energi tentang persediaan minyak AS pada Rabu waktu setempat. Kebanyakan analis memperkirakan itu akan menunjukkan penurunan tajam dalam stok destilat (sulingan) AS, yang termasuk pemanasan bahan bakar minyak pemanas dan diesel.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement