Senin 27 Jan 2014 08:42 WIB

Investor Tak Lagi Percaya The Fed

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: A.Syalaby Ichsan
The Fed/Ilustrasi
Foto: ABC News
The Fed/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserves, akan memotong stimulus obligasinya secara luas mulai pekan depan demi perbaikan ekonomi AS.

Hal ini membuat investor di banyak negara tak lagi percaya dengan the Fed, ditambah lagi, mereka semakin khawatir dengan perlambatan ekonomi Cina, transisi kepeimpinan the Fed dari Ben Bernanke ke Jannet Yellen, dan masalah-masalah internal di negara mereka sendiri.

Argentina, Turki, dan Ukraina adalah tiga dari sekian banyak negara terdampak dari pengetatan the Fed itu. Investor menilai the Fed telah mengingkari janji mereka yang ingin hati-hati mempertahankan suku bunga rendah dan menjanjikan perbaikan ekonomi di masa depan.

"Investor tak lagi percaya the Fed ketika mereka mendengar rencana pengetatan ini yang dinilai akan menjatuhkan pasar di masa depan. Entah the Fed akan membangun kembali kredibilitasnya nanti, entah itu pasar modal akan semakin tangguh nanti, atau justru akan menjadi krisis," ujar Analis dari Societe Generale, Benoit Anne, dilansir dari Reuters, Senin (27/1).

Benoit menilai krisis pasar modal sesungguhnya telah dimulai. Buktinya, intervensi apapun tidak efektif untuk membendung keluarnya investor dari reksa dana saham yang hampir mencapai empat miliar dolar AS tahun ini.

Peso Argentina menderita kerugian terbesar pada Kamis pekan lalu sejak krisis keuangan 2002. Bank Sentral Argentina sudah menggunakan lebih dari 30 persen cadangannya tahun lalu. Lira Turki mencapai rekor terendah pada Jumat pekan lalu terhadap dolar AS. Bank Sentrak Turki bahkan sudah mengeluarkan tiga miliar dolar AS untuk menstabilkan pasar.

Di Asia, Libur Tahun Baru (Imlek) Cina juga diproyeksikan akan menurunkan transaksi bisnis di Asia mulai 31 Januari nanti. Pasalnya, banyak perusahaan akan mengambil istirahat diperalihan Tahun Ular ke Tahun Kuda. Perdagangan akan mulai aktif kembali antara 7-10 Februari 2014.

Buktinya, HSBC Purchasing Managers Index di Cina turun dari 50,5 per Desember 2013 menjadi 49,6 per Januari 2014. Perlambatan ringan ini akan terus berlanjut diawal tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement