Senin 20 Jan 2014 14:48 WIB

Pengamat: Pertamina Blunder Jika Akuisisi PGN

pipa gaspgn (ilustrasi)
Foto: pt pgn
pipa gaspgn (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Studi Energi UGM, Fahmy Radhi angkat bicara soal upaya PT Pertamina mengakuisisi PGN. Menurutnya, jika tujuan utama Pertamina mengakuisisi PGN semata-mata hanya untuk menerapkan 'open access', sesungguhnya upaya korporasi tersebut tidak akan memberikan benefit signifikan bagi Pertamina.

Ia khawatir, upaya pengambilalihan tersebut justru akan menambah beban Pertamina, yang sudah terlanjur 'tambun' di banyak lini bisnis. Terlebih, Pertamina selama ini tak kunjung reda diterpa berbagai masalah, sehingga semakin menjauhkan harapan Pertamina menjadi World Class Oil Company.

Fahmy mengatakan,  masih segar di ingatan publik 'rengekan' Pertamina kepada Pemerintah untuk menaikan harga jual LPG 12 Kg karena mereka menanggung rugi triliunan rupiah selama bertahun-tahun.

"Dengan alasan menutup kerugian itu, Pertamina nekat menaikan harga jual LPG 12 Kg secara sepihak sebesar 68 persen tanpa konsultasi dengan Pemerintah, yang akhirnya kenaikan harga LPG 12 Kg dianulir  Pemerintah hanya dalam waktu lima hari," katanya di acara FGD Tata Kelola Gas Bumi Sebagai Perwujudan Kedaulatan Energi di Indonesia, akhir pekan kemarin.

Ketidakmampuan Pertamina menambah Kilang Minyak yang sudah dicanangkan sejak bertahun-tahun lalu, hingga kini juga tidak pernah terwujud. Dampaknya, kata Fahmy, Indonesia menjadi net-impoter BBM yang semakin membebani neraca perdagangan Indonesia.

"Kekalahan-demi-kekalahan dalam perebutan ladang Migas melawan Perusahaan Minyak Asing telah menorehkan stigma bahwa Pertamina dinilai unqualified dalam mengelola ladang Migas di negeri sendiri," ucap Fahmy.

Dalam kondisi tersebut, masih kata Fahmy, upaya akuisisi Pertamina terhadap PGN merupakan keputusan blunder. Tidak saja akan semakin memperberat beban korporasi Pertamina, tetapi juga dapat memperburuk kinerja PGN pascadiakuisisi, bahkan berpotensi menurunkan harga saham PGN.

"Fluktuasi harga saham PGN dalam sebulan ini lebih disebabkan sentimen negatif terkait rencana akusisi PGN oleh Pertamina," ujarnya.

Tak dapat disangkal lagi, fluktuasi harga saham PGN merupakan signal penolakan terhadap rencana akuisi PGN oleh Pertamina. "Janganlah keputusan bluder tersebut terlalu dipaksakan," kata Fahmy mengakhiri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement