Sabtu 11 Jan 2014 13:48 WIB

BI Yakini Neraca Transaksi Membaik di 2014

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Bank Indonesia
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meyakini neraca transaksi berjalan akan semakin membaik di 2014. BI meyakini pertumbuhan ekspor Indonesia semakin membaik seiring adanya perbaikan pertumbuhan ekonomi global.

"Ekspor membaik karena adanya permintaan global," ujar Deputi Gubernyr BI Perry Warjiyo kepada wartawan.

Namun, impor minyak masih akan menjadi tekanan dalam memperbaiki neraca transaksi berjalan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan konsumsi domestik yang diperkirakan tahun ini mencapai 3,5 persen. Tahun lalu konsumsi domestik tercatat tumbuh 1,7 persen.

Namun, defisit masih dapat ditekan dengan adanya penurunan harga minyak dunia. Perry mengatakan harga 2014 sekitar 104 dolar AS per barel. Sedangkan tahun lalu mencapai 109 dolar AS per barel. 

Selain perbaikan harga minyak, optimisme juga datang dari peningkatan lifting minyak dari tahun lalu 830 ribu barel per hari menjadi 860-870 ribu barel per hari. "Naiknya lifting dan turunnya harga akan berpengaruh pada pertumbuhan impor migas. Mungkin tidak setinggi tahun lalu," ujar Perry.

Hal ini diharapkan akan mampu menekan defisit neraca transaksi berjalan. BI memperkirakan defisit tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,5 persen. Tahun ini diharapkan defisit di bawah tiga persen.

Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan akan didukung dari sisi nonminyak dan gas (migas). Hal ini tidak lepas dari perbaikan ekonomi dunia yang akan mendorong kinerja ekspor Indonesia. 

Perry mengatakan, ekonomi dunia akan membaik dari 2,9 persen menjadi 3,5 persen. Hal ini berarti ekspor Indonesia akan meningkat karena adanya kenaikan permintaan global.

Selain ekspor nonmigas, perbaikan defisit juga didorong oleh perbaikan kinerja komoditas global. Artinya, ada peningkatan permintaan. Sementara itu, impor nonmigas akan melambat. 

Dengan kondisi ekonomi Indonesia membaik, inflasi menurun, defisit semakin kecil, kondisi ekonomi Indonesia akan semakin membaik. "Apalagi stabilitas keuangan membaik. Ini menjadi faktor investor masih berminat berinvestasi di Indonesia," kata Perry.

Masih berminatnya investor ditandai dengan terjadinya kelebihan permintaan pada penerbitan surat utang global yang diterbitkan pemerintah. Kementerian Keuangan mencatat surat utang berdenominasi dolar AS tersebut mengalami kelebihan permintaan mencapai 17,5 miliar dolar AS. 

Padahal surat utang yang ditawarkan hanya empat miliar dolar AS. Perry menilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan rencana tapering dari bank sentral AS, minat pembelian surat utang pemerintah masih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement