REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat Dahlan Iskan menyebut Indonesia tengah dijajah. Menteri BUMN itu mengatakan, penjajahan itu datang dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dahlan mengatakan, masyarakat tidak menyadari tengah berada dalam masa penjajahan BBM. Langkah impor BBM untuk memenuhi konsumi energi menjadi persoalan.
"Kita dijajah BBM. Kita impor BBM begitu besarnya dan tidak tahu kapan akan berakhir," kata dia, saat temu media di Sekretariat Komite Konvensi Capres Demokrat, Jakarta, Senin (6/1).
Menurut Dahlan, devisa negara tergerus oleh impor BBM. Neraca perdagangan defisit, nilai tukar rupiah merosot, dan gejolak ekonomi terjadi karena BBM itu. Ia mengatakan, negara harus mengimpor BBM karena produksi minyak dalam negeri kecil dan tidak mengalami peningkatan.
"Sementara konsumsi terhadap BBM naik luar biasa drastis," ujar dia.
Karena itu, menurut Dahlan, diperlukan pembangunan kilang minyak baru. Ia mengusulkan dalam lima tahun ke depan, harus ada pembangunan minimal dua hingga tiga kilang BBM. Pembangunan kilang bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan impor.
"Harus bangun dan masing-masing kilang harus (menghasilkan) 300 ribu barrel per hari," kata mantan Direktur Utama PLN itu.