REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan tantangan pasar modal Indonesia ke depan cukup besar, terutama ketika "ASEAN Economic Community" (AEC) berlaku nanti pada 2015.
"Tantangan pasar saham domestik jauh lebih besar dibandingkan tahun ini, apalagi pada 2015 ," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Indonesia OJK, Nurhaida di Jakarta, Senin (23/12).
Menyambut "ASEAN Economic Community" itu, menurut dia, pasar modal Indonesia harus dapat memiliki "level of playing field" yang sama dengan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Nurhaida mengatakan bahwa OJK bersama dengan "self regulatory organizations" (SRO) terus melanjutkan pengembangan infrastruktur pasar modal sebagai upaya pembenahan berkelanjutan dan integrasi dengan sektor lain.
"Hal itu agar sejalan dengan perkembangan global dan rekomendasi 'International Organization of Securities Commisions' (IOSCO)," paparnya.
Nurhaida juga mengatakan bahwa OJK akan menerbitkan "road map" tata kelola perusahaan yang baik (GCG) untuk seluruh emiten di Indonesia agar pasar modal Indonesia berkembang lebih baik di masa depan.
"Hal itu penting karena mempengaruhi persepsi investor," ucapnya.
Genjot IPO
Ia menambahkan, dalam menyikapi tantangan ke depan, OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengajak perusahaan-perusahaan tertutup untuk memanfaatkan Pasar Modal sebagai sumber pendanaan.
Ia mengatakan bahwa OJK akan melakukan kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk mendorong jumlah perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO).
Nurhaida mengemukakan bahwa jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan bursa saham di negara ASEAN.
Data per 23 Desember 2013, sebanyak 484 emiten tercatat di BEI. Sementara jumlah perusahaan tercatat di negara lain seperti Hong Kong sebanyak 1.602 emiten, Singapura 780 emiten, dan Malaysia 910 emiten.