Senin 16 Dec 2013 09:10 WIB

Pengusaha: Newmont Tutup Kami Gulung Tikar

Tambang Newmont di Nusa Tenggara Barat  (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Tambang Newmont di Nusa Tenggara Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Alan Ramlan, pengusaha di Sumbawa Barat mengkhawatirkan kelangsungan usahanya bakal meredup, bahkan terancam mengalami gulung tikar, jika kegiatan operasional PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) berhenti dan perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut tutup.

"Tidak terbayang bagaimana kalau sampai PTNNT tutup, bagaimana hidup kami selanjutnya. Sektor usaha lain sudah tentu banyak yang mengalami kebangkrutan karena ditinggalkan konsumen," keluh Alan Ramlan, dihubungi dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (16/12).

Alan menuturkan, selama ini dirinya membuka usaha sebuah rumah makan yang menyajikan ikan bakar khas Balikpapan di Pantai Maluk, yang konsumennya adalah para karyawan PT Newmont. Pada hari-hari normal, omzet usaha yang diperoleh Alan mencapai Rp 3 juta-Rp 4 juta per hari.

"Sekarang ini, tepatnya tiga bulan terakhir setelah berhembus isu PTNNT mau tutup, kontan omzet saya turun drastis menjadi Rp1 juta per hari," kata dia prihatin.

Kondisi ini, ujar dia, sangat membingungkan karena selain khawatir terhadap kelangsungan usaha, juga memikirkan nasib empat karyawan yang selama ini membantu usaha. "Pokoknya isu tentang tutupnya PTNNT benar-benar menggelisahkan masyarakat Sumbawa Barat, karena bukan hanya saya saja yang nanti terkena dampaknya, tetapi juga warga yang bergerak di bidang usaha lain," lanjut Alan.

Dampak yang paling nyata, kata Alan menambahkan, sejak isu berhembus, sektor bisnis lain juga ikut-ikutan mengalami kelesuan, hingga pemilik usaha rata-rata harus mengencangkan ikat pinggang agar bisnisnya tidak sampai terhenti. "Bisnis di Sumbawa Barat ini mayoritas bergantung pada PTNNT. Entah menjadi mitra, atau seperti saya, di mana pelanggan rumah makan saya adalah karyawan perusahaan itu," katanya.

Selain kalangan pebisnis, Alan menuturkan, masyarakat pun tidak kalah kalang kabut menghadapi isu tersebut. "Masyarakat bingung, masa depan seperti apa yang menanti mereka kalau PTNNT tidak beroperasi lagi," urainya.

Bukti kekalangkabutan itu, kata Alan, sekarang ini di kawasan Maluk banyak dijumpai rumah yang dipasang plang 'mau dijual'. Langkah ini dilakukan, karena pemilik rumah sudah dilanda ketakutan, kalau tidak ada PTNNT, bagaimana nanti dapat membayar biaya kredit rumah tiap bulannya.

"Padahal, ini baru isu, tapi dampaknya sudah luar biasa seperti ini. Maka tolong pemerintah, kasihani rakyat yang belum siap jika PTNNT sampai tutup Januari nanti. Pikirkan kami sebagai rakyat kecil, agar tidak menjadi korban jika PTNNT ditutup," paparnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement