Kamis 12 Dec 2013 12:00 WIB

Empat Perusahaan Rencanakan IPO di 2014

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Bursa Efek Indonesia
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Bursa Efek Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal Indonesia diharapkan masih menjadi tempat menarik untuk mencari sumber dana meningkatkan kinerja perusahaan. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan setidaknya ada empat perusahaan yang akan melaksanakan penawaran umum perdana saham pada kuartal I 2014.

"Di pipeline bursa ada empat yang akan melakukan initial public offering (IPO)," ujar Direktur Penilaian BEI, Hoesen, Kamis (12/12). 

Empat perusahaan tersebut adalah Bank Panin Syariah, Bank Ina, Blue Bird Group, dan Bali Tower. Keempatnya menggunakan laporan keuangan September 2013. Sehingga, diperkirakan keempat perusahaan tersebut melaksanakan IPO maksimal pada Maret 2014.

BEI optimistis tahun ini ada 31 perusahaan yang melantai di bursa. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SMSS) menjadi emiten ke-30 yang meramaikan pasar modal Indonesia tahun ini. Perusahaan asal Kalimantan tersebut melepas 9,52 miliar lembar saham ke publik dan menargetkan dana hasil IPO sebesar Rp 1 triliun. 

Pada kesempatan yang berbeda, Hoesen mengatakan otoritas tengah mengkaji pengaturan jumlah saham yang akan dilepas emiten pada penawaran umum perdana saham. Selama ini pelaksanaan IPO hanya diatur berdasarkan jumlah modal yang disetor.

Nantinya, jumlah saham yang dilepas akan bergantung pada ekuitas atau kekayaan bersih perusahaan. "Semakin besar ekuitasnya, maka saham beredarnya semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya," kata Hoesen. 

Ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas di pasar modal dan menambah jumlah saham beredar. Sehingga menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi.

BEI nantinya akan menghitung berapa besar ekuitas perusahaan dan mencari persentase jumlah saham yang dilepas. Hoesen mencontohkan, saham beredar sebuah perusahaan dengan ekuitas Rp 1 triliun dan Rp 10 triliun akan berbeda. 

Jumlah saham beredar perusahaan dengan ekuitas Rp 10 triliun akan lebih sedikit dibandingkan yang ekuitasnya hanya Rp 1 triliun. "Kalau yang Rp 10 triliun terlalu banyak (saham beredar), belum tentu investor bisa serap," kata Hoesen.

Sampai saat ini, otoritas bursa belum menemukan formula yang akan menentukan berapa besar persentase saham beredar setiap perusahaan yang akan IPO. Hal tersebut masih dikaji dan diharapkan bisa segera diterapkan untuk meningkatkan likuiditas pasar.

Selain menetapkan jumlah saham yang dilepas ke publik pada IPO, BEI juga akan mengatur batas minimum saham yang beredar di publik bagi perusahaan yang sudah tercatat. Aturan ini juga tengah dikaji dan diharapkan bisa keluar bersamaan dengan aturan saham IPO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement