REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Rabu (4/12) pagi bergerak ke posisi Rp 11.956 per dolar AS atau mengalami depresiasi sebesar 74 poin menyusul sentimen pengurangan stimulus (tapering off) the Fed yang kembali muncul.
"Laju rupiah tertahan dengan kembalinya sentimen tapering off, sentimen itu membuat dolar AS melanjutkan apresiasinya," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (4/12).
Selain itu, lanjut dia, mulai adanya spekulasi akan meningkatnya kebutuhan dolar AS menjelang akhir tahun untuk pembayaran utang pemerintah maupun swasta membuat nilai tukar domestik menjadi tertekan. Meski demikian, ia mengatakan bahwa Bank Indonesia masih menjaga mata uang domestik agar tidak terus tertekan lebih dalam.
Analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto menambahkan bahwa meski rupiah melemah, namun kondisinya masih cenderung stabil menyusul sentimen positif di dalam negeri terkait data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia masih cukup kuat.
"Fluktuasinya masih cenderung stabil, pelaku pasar uang juga sedang menanti data ketenagakerjaan AS yang rencananya akan dipublikasikan pada akhir pekan ini. Data itu akan memberikan sinyal kepada pelaku pasar dalam mengantisipasi langkah the Fed terkait kebijakan moneternya," paparnya.
Menurut Rully, jika data tenaga kerja AS tidak sesuai dengan harapan the Fed maka tapering off diproyeksikan diundur. Namun bila sebaliknya, tapering off bisa dipercepat. Ia memproyeksikan bahwa pada perdagangan Rabu ini, nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11.650-Rp 11.950 per dolar AS.