Senin 02 Dec 2013 09:44 WIB

Tahun Depan, OJK Bidik Ibu Rumah Tangga

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan edukasi dan sosialisasi produk keuangan untuk memperluas literasi keuangan di seluruh Indonesia. Tahun depan, OJK membidik ibu rumah tangga dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono mengatakan, ibu rumah tangga dipilih karena merupakan penentu dan pengelola keuangan dalam rumah tangga. "Ibu rumah tangga juga orang terdekat untuk membiasakan anak-anaknya dengan produk keuangan," kata Kusumaningtuti dalam seminar internasional literasi keuangan di Nusa Dua, Bali, Senin (2/12).

Tingkat melek produk keuangan di kalangan ibu rumah tangga masih cukup rendah. Berdasarkan survei literasi keuangan yang dilakukan OJK di 20 kota, hanya 17 persen ibu rumah tangga yang memiliki pemahaman terhadap produk keuangan. Namun ada lebih dari 50 persen ibu rumah tangga yang menggunakan produk perbankan.

Dengan edukasi produk keuangan, diharapkan ibu rumah tangga dapat mengelola keuangan dengan lebih baik. Ibu rumah tangga juga diharapkan dapat mengelola keuangan untuk hari tua melalui instrumen investasi.

Selain ibu rumah tangga, OJK juga membidik pelaku UMKM. Seperti diketahui, ekonomi Indonesia digerakkan oleh UMKM. Sehingga, pelaku UMKM perlu memiliki pemahaman yang lebih baik atas produk keuangan agar dapat memanfaatkan produk keuangan untuk meningkatkan usahanya.

Kusumaningtuti mengakui, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk keuangan masih sangat rendah. Hasil survei OJK tentang tingkat melek produk keuangan menunjukkan masih banyak masyarakat yang kurang memahami produk-produk keuangan. Dari enam produk keuangan yang ada, baru bank yang cukup dikenal masyarakat. "Tingkat pemanfaatan perbankan sudah 75,28 persen, tapi tingkat pemahamannya baru 21,8 persen," ujar Kusumaningtuti.

Tingkat pemahaman paling rendah ada di pasar modal, yaitu hanya 3,79 persen. Sedangkan yang memanfaatkan produk keuangan tersebut hanya 0,11 persen. Sisanya merata di produk asuransi, pegadaian, dana pensiun, dan sekuritas.

Untuk itu, OJK terus melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan tingkat melek keuangan masyarakat di Indonesia, terutama masyarakat yang masih jarang bersentuhan dengan produk-produk keuangan. OJK juga terus meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan meluncurkan blue print strategi nasional literasi keuangan. Cetak biru ini memiliki tiga pilar, yaitu mengkampanyekan literasi keuangan secara nasional, memperkuat infrastruktur produk keuangan, dan pengembangan dan peningkatan layanan dan produk keuangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement