Sabtu 30 Nov 2013 16:16 WIB

Rupiah Terus Melemah Hingga Pemilu 2014

Rep: bilal ramadhan/ Red: Taufik Rachman
Mata uang Rupiah.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Mata uang Rupiah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Saat ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS semakin melemah hingga di atas Rp 12 ribu. Melemahnya nilai tukar Rupiah diperkirakan akan berlangsung hingga Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang. Hal ini diungkapkan pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), David Sumual.

"Melemahnya Rupiah belum akan dapat diselesaikan pada satu atau dua bulan ini karena jajaran menteri di bidang perekonomian yang sebagian besar dari partai akan fokus pada Pemilu 2014," kata David Sumual yang dihubungi Republika, Sabtu (30/11).

David menjelaskan ia pesimistis melemahnya Rupiah akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Pasalnya ada beberapa faktor yang menyebabkan Rupiah akan terus melemah, salah satunya karena menjelang Pemilu 2014.

Menurutnya menjelang Pemilu 2014, perekonomian akan cenderung melambat apalagi dengan adanya investor yang memilih ke luar negeri. Hal ini juga semakin diperparah dengan terpecahnya konsentrasi menteri-menteri di bidang perekonomian dalam menyelesaikan masalah ini.

Menteri-menteri ini akan lebih fokus memikirkan partai politiknya untuk menghadapi Pemilu 2014. "Salahnya menteri-menteri kan berasal dari partai politik, bukan karena ahli di bidangnya," ujar David.

Selain karena masalah politik, melemahnya Rupiah juga dapat dilihat dari sisi neraca perdagangan. Selama ini tingkat impor barang Indonesia sangat besar. Ia menyontohkan impor minyak yang terus meningkat tiap tahunnya, meski telah disubsidi pemerintah. Pada tahun ini, impor minyak bahkan menghabiskan anggaran 200 juta Dolar AS.

Tingkat permintaan dan konsumsi minyak juga akan terus meningkat pada akhir tahun ini. Apalagi masyarakat masih lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi publik sehingga membuat tingkat konsumsi minyak juga akan semakin terus meningkat.

Hal ini akan diikuti dengan melambungnya harga-harga barang, terutama pada produk-produk kelas menengah yang akan tinggi permintaannya pada akhir tahun. Tingginya tingkat impor, namun tidak sebanding dengan tingkat ekspor juga menjadi salah satu penyebab melemahnya Rupiah. Tingkat ekspor Indonesia selama ini hanya bergantung terhadap komoditas-komoditas tertentu saja.

Dengan berbagai faktor tersebut, ia memperkirakan kurs Rupiah yang saat ini menembus Rp 12 ribu akan lebih tinggi lagi. "Tergantung pasokan dari pemerintah. Kalau impor tinggi, konsumsi meningkat dan permintaan tinggi maka kurs Rupiah akan terus melemah kecuali ada kebijakan radikal dari pemerintah. Sementara ini sulit diselesaikan dalam waktu dekat," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement