REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra International Tbk (ASII) mempertimbangkan untuk menyesuaikan harga kendaraan bermotor menyusul menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa jika nilai kurs rupiah terus mengalami penurunan maka harus dilakukan penyesuaian harga. Hal itu dilakukan karena sebagian bahan baku terutama untuk mesin masih impor.
Meski begitu, lanjut dia, perseroan tidak khawatir kinerja perusahaan akan terganggu karena kondisi pasar otomotif baik mobil maupun sepeda motor masih positif.
"Perseroan akan melakukan kenaikan harga meski belum dapat dipastikan kisaran kenaikannya," katanya.
Di sisi lain, lanjut Prijono, melemahnya rupiah bisa mendorong kinerja beberapa lini bisnis lainnya untuk memanfaatkan momentum dari penguatan dolar AS.
"Ada divisi yang mengalami tekanan terhadap rupiah. Tetapi ada juga divisi Astra lain yang tergantung pada penguatan dolar AS salah satunya PT Astra Agro Lestari Tbk (bidang CPO), PT Pamapersada Nusantara (bidang batubara), dan lainnya karena memang revenue-nya dalam dolar AS," paparnya.
Sementara itu, Direktur ASII, Sudirman Maman Rusdi mengatakan bahwa pihaknya juga akan mempelajari dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang saat ini berada di level 7,5 persen terhadap kredit mobil dan sepeda motor.
"Tentu juga akan ada penyesuaian, kita pelajari dulu," ucapnya.
Ia mengatakan bahwa pasar mobil nasional sampai dengan akhir Oktober 2013 mencapai 1.020.000 unit dan diperkirakan menyentuh 1.180.000 sampai 1.200.000 pada akhir tahun ini.
"Tahun depan kami perkirakan angka penjualan masih sama dengan tahun ini. Dan tahun depan kami akan koreksi harga jual," ucapnya.
Begitu juga dengan pasar sepeda motor nasional yang diperkirakan mencapai sekitar 7,8--8 juta unit sampai akhir tahun ini tidak akan mengalami banyak perubahan pada tahun depan.