Rabu 27 Nov 2013 16:22 WIB

Pengusaha: Bisnis Pakan Ternak Terus Tumbuh

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Peternakan ayam
Foto: Antara
Peternakan ayam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis pakan ternak diprediksi tumbuh 10 persen tahun depan. Produksi pakan ternak pun bertumbuh dari 13, 4 juta ton tahun ini menjadi 14,7 juta ton.

"Optimisme ini karena pasar dalam negeri cukup besar," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Askam Sudin dalam Seminar Nasional Perunggasan ke-9 bertema Bisnis Perunggasan di Tengah Gejolak Nilai Tukar, Rabu (27/11).

Pertumbuhan ini juga didukung pendirian pabrik pakan baru. Selain itu pabrik-pabrik lama juga melakukan perluasan yang diharapkan bisa menggenjot produksi.

Pengusaha juga tengah memantau kenaikan konsumsi, khususnya ayam yang ditargetkan naik. Tahun ini konsumsi ayam mencapai 7,36 kilogram (kg) per kapita. Pada tahun 2017, target konsumsi ini naik menjadi 14,99 kg per kapita per tahun."Kenaikan ini tentunya membutuhkan pakan yang lebih banyak lagi," katanya.

Dibandingkan dengan negara lain, angka konsumsi tersebut masih rendah. Negara Malaysia misalnya, untuk konsumsi ayam boiler (ayam potong)  saja telah mencapai 38,5 kg per kapita per tahun. Sementara Indonesia hanya 7 kg per kapita per tahun. Lalu untuk telur ayam, konsumsi di Malaysia mencapai 38,5 butir per kapita per tahun.

Namun pertumbuhan ini diiringi dengan sejumlah kendala. Bahan baku pakan unggas misalnya masih didominasi oleh impor, seperti kedelai dan jagung. Dengan kondisi rupiah yang semakin melemah, harga bahan baku pakan juga naik dan berimbas pada naiknya harga pakan di tingkat konsumen. "Ironis, industri pakan tumbuh baik tapi bahan baku masih impor," katanya.

Selama ini ada dua jenis bahan baku yang diimpor, yaitu yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan baku dari hewan seperti fishmeal, sebetulnya sudah diproduksi dalam negeri. Namun jumlahnya tidak mencukupi untuk kebutuhan industri. Alhasil masih dibutuhkan impor sekitar 17 ribu ton untuk tahun ini.

Lalu  bahan baku impor yang berasal dari tumbuhan didominasi oleh jagung. Sampai dengan bulan Juli tahun ini impor mencapai lebih dari 2 juta ton. Pemerintah pun diminta untuk menaikkan angka produksi agar impor ini tidak semakin tinggi tahun-tahun mendatang. "50 persen dari pakan ternak itu isinya jagung," ujarnya.

Di sisi lain, peluang investasi masih terbuka lebar untuk bisnis pakan unggas. Hal ini antara lain terlihat dari populasi ayam yang ditargetkan tumbuh populasinya. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Krissantono mengatakan produksi DOC boiler (ayam potong) diperkirakan akan menembus angka 2,2 miliar ekor. Lalu populasi layer (ayam petelur) bakal menembus angka 114 juta ekor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement