REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) Jakarta, Wahyoe Soedarmono menilai pertumbuhan signifikan kredit investasi yang diikuti dengan kenaikan harga properti saat ini mengindikasikan adanya risiko dalam perekonomian Indonesia.
"Ada risiko sistemik karena tren pertumbuhan kredit investasi diikuti oleh kenaikan harga properti di beberapa kota besar di Indonesia meskipun kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga properti di beberapa kota besar saja," ujar Wahyoe dalam seminar ekonomi Indonesia dan outlook market 2014 di Jakarta, Rabu (27/11).
Data Bank Indonesia menunjukkan kenaikan indeks harga properti residensial terjadi di Jabodetabek-Banten, khususnya untuk tipe perumahan kecil, dengan kenaikan indeks hingga 23,53 persen pada kuartal III 2013. "Pada kuartal empat 2013, diperkirakan harga rumah tipe kecil di Jabodetabek naik hingga 29,55 persen," ujar Wahyoe.
Pertumbuhan kredit investasi sendiri naik signifikan dari 23,2 persen pada Juni 2013 (yoy) menjadi 33 persen pada September 2013 (yoy). "Hal ini perlu mendapat perhatian khusus. Sejak Juni 2013 pula, sektor konstruksi adalah sektor dengan rasio kredit macet paling besar di antara sektor-sektor ekonomi lainnya," kata Wahyoe.
Namun secara umum, Wahyoe mengatakan kinerja perbankan tetap optimistis dengan rasio kredit macet di bawah tiga persen, meski kondisi makro berada dalam ketidakpastian. "Rasio kecukupan modal juga mencapai kisaran 20 persen, di saat regulasi rasio modal minimum hanya mewajibkan bank membuat cadangan modal sebesar 8-14 persen," ujar Wahyoe.