Kamis 21 Nov 2013 10:37 WIB

Duh, Seperempat Masyarakat Indonesia Masuk Kategori 'Broke'

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Konsumen/ilustrasi
Foto: IST
Konsumen/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperempat masyarakat Indonesia ternyata masuk kategori broke. Yang dimaksud broke adalah pengeluaran yang lebih besar dari pendapatannya. Hal itu terlihat dari hasil survey bertema Share of Wallet yang dilakukan perusahaan riset global, Kadence International.

Survey yang dilakukan perusahaan tersebut memperlihatkan segmentasi kelas ekonomi dan pola konsumsi masyarakat Indonesia berdasarkan besarnya tabungan. Survey ini dilaksanakan pada Juli hingga Oktober 2013 dengan melibatkan 3000 responden. Survey dilakukan di daerah perkotaan atau urban di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar dan daerah pedesaan atau rural di wilayah Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat.

Deputy Managing Director Kadence International-Indonesia, Rajiv Lamba,  mengatakan, survey tersebut dilakukan untuk memahami pola pendapatan dan pengeluaran masyarakat sekaligus mengelompokkan masyarakat dalam segmen ekonomi berdasarkan pola menabungnya. "Survey ini juga memberi gambaran secara rinci tingkat konsumsi masyarakat di tiap sektor," ujar Rajiv di Jakarta, Kamis (21/11).

Dari survey yang dilakukan dengan metode face to face random sampling dan telephonic interviews ini didapat hasil bahwa lebih dari seperempat masyarakat Indonesia masuk dalam kategori broke atau kelompok dengan total pengeluaran lebih besar dari pendapatannya. Kadence membagi masyarakat Indonesia berdasarkan pola menabungnya dalam empat segmen.

Pertama, deep pockets atau kelompok yang menabung lebih dari Rp 2 juta per bulan dari penghasilannya. Kedua, pragmatic atau kelompok yang menabung sebesar Rp 1 juta hingga 2 juta per bulan dari penghasilannya. Ketiga, on edge atau kelompok yang menabung sebesar Rp 0 hingga 1 juta per bulan dari penghasilannya. Keempat, broke atau kelompok yang pengeluarannya lebih besar dari pendapatan, sehingga mengalami defisit hingga rata-rata sebesar 35 persen.

Mayoritas masyarakat Indonesia atau sekitar 33 persen berada dalam on edge. Sekitar 28 persen dalam kategori broke. Dalam kategori deep pockets, terdapat 21 persen masyarakat Indonesia. Sisanya atau 17 persen berada dalam kategori pragmatic.

"Segmen Broke ini bukan berarti miskin atau tidak mampu, mereka justru berpenghasilan di atas kelas on edge namun memiliki gaya hidup yang menuntut mereka untuk mengeluarkan uang lebih banyak," ujar Rajiv. Segmen broke memiliki pengeluaran lebih besar dibanding segmen yang lain dalam hal liburan, perawatan rumah, membayar cicilan, membeli pakaian dan arisan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement