REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) pada 2015. Agar tidak menjadi pasar yang besar bagi negara-negara regional, Indonesia harus meningkatkan daya saing. Salah satunya dengan menciptakan lebih banyak wirausahawan yang berkualitas tinggi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan untuk menjadi pemain handal di skala regional, Indonesia membutuhkan lebih banyak wirausahawan. "Kita membutuhkan lebih banyak wirausahawan. Wirausaha bukan menjadi pilihan terakhir ketika tidak dapat pekerjaan," ujar Agus dalam Pembukaan Global Enterpreneurship Week 2013 di Gedung BI, Rabu (20/11).
Jumlah wirausahawan di Indonesia saat ini baru 1,56 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan di negara-negara regional lainnya seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih dari 4 persen. Agus mengatakan, Indonesia idealnya memiliki 2 persen wirausahawan.
Kehadiran wirausahawan juga diharapkan dapat memperbaiki neraca transaksi berjalan. Transaksi berjalan mengalami defisit dalam 9 triwulan terakhir karena Indonesia mengimpor lebih banyak daripada ekspor. Tingginya impor disebabkan oleh permintaan dari kelas menengah yang tinggi. Permintaan tersebut tidak diimbangi dengan penawaran dari sisi domestik.
Sekitar 98-99 persen wirausahawan di Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM mampu menyerap 98 persen tenaga kerja di Indonesia. Kontribusinya terhadap GDP sebesar 57 persen.
Agus mengatakan UMKM diharapkan berkontribusi menekan inflasi pada harga pangan seperti cabai. "Indonesia punya potensi baik tapi tak bisa mempunyai kecukupan cabai yang memadai," ujar dia. Oleh karena itu, BI melakukan kompetisi nasional bertajuk 'Bertarung Inovasi Sambal Anak Negeri'.
Pendiri Ciputra Foundation, Ciputra, mengatakan lembaga yang penting seperti BI baik untuk turut campur dalam penciptaan wirausahawan. Kompetisi yang dilakukan BI dinilai sangat baik karena dapat menekan inflasi. "Cabai itu kan bikin inflasi cukup tinggi, kita tidak bisa menanam cabe di segala musim. Kedua bikin dalam kaleng, waktu cabai murah kita bikin kaleng sehingga angka inflasi jadi rata-rata. Tapi untuk itu butuh waktu, kalau tidak mulai sekarang, kapan lagi," paparnya.
Ciputra berharap Indonesia dapat memiliki lebih banyak wirausahawan agar impor tidak lebih banyak dari ekspor. "Bagaimana bangsa ini bisa maju jika jumlah wirausahawan kecil," ujarnya.