REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kredit usaha rakyat (KUR) dinilai masih menguntungkan bagi perbankan walaupun resiko yang didapat juga tinggi. Pemberian penjaminan dari pemerintah akan menaikan recovery rate atau tingkat pemulihan kredit bermasalah sehingga hal tersebut menguntungkan bagi perbankan.
Direktur Commercial and Business Banking PT Bank Mandiri, Tbk, Sunarso, mengatakan KUR menguntungkan karena areanya berada di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Memang high return, tapi high risk," ujar Sunarso, Kamis (7/11).
Menurutnya, kredit UMKM non-KUR bunganya memang lebih tinggi, tetapi risikonya juga tinggi. Saat ini, rasio kredit bermasalah (NPL) KUR Bank Mandiri sekitar 4 persen. Ia berharap angka tersebut dapat turun pada akhir tahun, sedangkan margin yang didapat menurutnya masih cukup tinggi yaitu 13 persen untuk KUR Ritel dan 22 persen untuk KUR Mikro.
NPL dan imbal hasil atau yield, menurutnya, bukan permasalahan KUR sebenarnya. Masalahnya lebih kepada cost of loans atau biaya kredit. "Cost of loans KUR itu rendah, karena ada penjaminan pemerintah," ujar dia.
Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiwiyono, juga mengatakan KUR masih menguntungkan. "Kita cabang-cabang yang kerahkan," ujar Eko. Sementara itu, NPL KUR Bank DKI masih terbilang agak tinggi. NPL KUR saat ini berada di bawah 5 persen.
Sementara itu, Bank Syariah Mandiri (BSM) menargetkan NPL KUR berada di bawah 5 persen pada akhir tahun. NPL KUR BSM per September berada di angka 7,8 persen.
Direktur Mikro BSM, Hana Wijaya, mengatakan bisnis KUR masih menguntungkan. Namun, menurutnya, KUR yang didapat dari walk in harus dihentikan dan digantikan dengan supply chains. "Bisnis model yang lebih baik, penyaluran lebih bagus. Tapi harus ada trade off untuk yg walk in, harus digandeng di supply chain," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan pihaknya dan beberapa bank yang menyalurkan KUR tengah membahas target KUR untuk tahun depan. "Ada usulan tetap. Saya minta dibahas betul karena menyangkut distribusi," ujar Hatta.
Ia mengatakan bahwa KUR juga dapat diberikan untuk investasi dan modal kerja. Menurutnya selama ini pemahamannya keliru. "Kalau tidak diberikan kredit investasi dan modal kerja itu justru berpotensi tidak berjalannya usaha itu," tegas Hatta.