Senin 28 Oct 2013 12:27 WIB

Produksi Jagung Nasional Masih Terkendala Aflatoksin

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandungan aflatoksin pada jagung produksi dalam negeri masih menjadi kendala yang harus dicari solusi. Jagung yang kadar aflatoksinnya melebihi 50 ppb (part per billion) tidak baik sebagai pakan ternak. Padahal jagung termasuk sumber karbohidrat utama untuk pakan unggas. 

Namun sesungguhnya kontaminasi aflatoksin bisa dihindari oleh petani. Sekertaris Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola mengatakan petani jangan sampai meletakkan jagung di atas tanah setelah dipetik. Jagung cukup dikumpulkan dalam wadah. "Asal tidak terkontaminasi aflatoksin, tidak ada masalah. Sedikit saja terkena tanah, maka bisa terkontaminasi," katanya kepada ROL, Senin (28/10). 

Kandungan aflatoksin bisa menekan sistem kekebalan tubuh pada hewan, termasuk bebek, ayam dan kalkun. Akibatnya hewan yang terkontaminasi mengalami penurunan ketahanan tubuh dari infeksi, kegagalan vaksinasi dan mastitis. Apabila ternak yang terkontaminasi ini termakan manusia dalam waktu yang lama maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. 

Selanjutnya, petani juga perlu belajar proses pengeringan jagung yang benar. Apabila serangkaian proses dilakukan dengan baik, maka swasembada jagung bukan sebatas angan. Tahun ini Kementerian Pertanian (Kementan) bahkan menargetkan produksi jagung sebanyak 19,83 juta ton. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement