Rabu 23 Oct 2013 12:18 WIB

BI: Risiko Ekonomi Masih Besar di 2014

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah (tengah) dan Kepala Grup Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Juda Agung (kedua kiri) lakukan
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah (tengah) dan Kepala Grup Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Juda Agung (kedua kiri) lakukan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi risiko terhadap ekonomi di tanah air masih besar pada 2014. Hal tersebut disebabkan oleh perbaikan ekonomi di negara maju.

Direktur Grup Kebijakan Moneter BI, Juda Agung, mengatakan indikator ekonomi memang membaik. Hal tersebut terlihat dari pasar valuta asing yang stabil dan arus modal masuk ke surat utang negara (SUN) yang meningkat. "Sejak ditunda tapering off Bank Sentral AS  memberikan sentimen positif pada market," ujar Juda dalam kunjungannya ke Redaksi Harian Republika, Rabu (23/10). Kesepakatan plafon utang dan pencabutan penutupan pemerintah di AS juga memberikan sentimen positif.

Namun, menurutnya, hal tersebut hanya bersifat temporer. Indonesia masih memiliki resiko yang besar di 2014. Salah satunya disebabkan oleh tapering off AS yang kemarin ditunda akan dilakukan pada Desember atau Januari. Penghentian pembelian obligasi oleh the Fed juga diperkirakan terjadi di kuartal III-2014. "Kita harus cermati itu resiko selalu akan muncul," ujar dia.

Ia juga memperkirakan the Fed fund akan naik jika terdapat tanda-tanda inflasi di AS. Ketika the Fed fund naik, pasar akan bergejolak. Arus modal dari negara berkembang akan kembali ke AS dan negara maju lainnya."Tren belakangan ini negara maju pertumbuhan ekonominya membaik, sementara negara berkembang mengalami pelemahan," ujar dia. Dengan membaiknya negara maju, peluang investasi di negara tersebut akan terbuka lebar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement