REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah pada Rabu (16/10) pagi bergerak melemah lima poin menjadi Rp 10.985 dibanding sebelumnya di posisi Rp 10.980 per dolar AS. "Nilai tukar rupiah cenderung masih bergerak stabil di tengah dukungan pasar kepada Janet Yellen sebagai calon tunggal pengganti Gubernur The Fed saat ini, Ben Bernanke," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (16/10).
Ia menambahkan mulai adanya indikasi kesepakatan pembahasan anggaran AS juga membuat kondisi pasar valuta asing di dalam negeri mulai berkurang tekanan risikonya. "Diharapkan kondisi itu dapat menjadi peluang penguatan mata uang rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, dalam perdagangan non-deliverable forwards (NDF), nilai tukar rupiah juga cenderung positif. Pengamat pasar uang Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menambahkan lembaga pemeringkat the Fitch yang memberikan outlook negatif kepada peringkat utang AS dapat menahan apresiasi dolar AS.
Dari domestik, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) yang kembali mendapatkan kesepakatan dengan Korea Selatan untuk fasilitas currency swap selama tiga tahun sebesar 10 miliar dolar AS diharapkan mampu menahan gejolak pasar uang domestik.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga mendapatkan fasilitas currency swap sebesar 15 miliar dolar AS dan 12 miliar dolar AS dari Cina dan Jepang. "Di tengah neraca perdagangan yang masih belum pulih dan ancaman aliran keluar modal asing maka aksi itu diharapkan bisa pertahankan nilai tukar dan menjaga pasokan dolar AS," katanya.