REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Jumat (11/10), permintaan minyak global tahun ini sedikit didorong oleh pemulihan ekonomi Eropa, dan produksi baru yang bertambah dengan cepat di pasar minyak yang berubah secara cepat. Tetapi ketidakstabilan di Timur Tengah dan Afrika Utara menjaga harga naik, IEA mengatakan dalam tinjauan bulanan pasar minyak.
IEA menaikkan perkiraan permintaan minyak di seluruh dunia tahun ini sebesar 90 ribu barel per hari menjadi 91,0 juta barel per hari (bph). Ini berarti bahwa permintaan minyak tahun ini akan naik 1,1 persen atau sebesar 1,0 juta barel per hari dari tingkat tahun lalu, dan sebesar 1,1 juta barel per hari pada 2014 ketika keseluruhan iklim ekonomi membaik.
Produksi baru non-OPEC sedang didorong oleh produksi serpih energi (shale-energi) di Amerika Serikat, serta kesepakatan antara Sudan dan Sudan Selatan membuka prospek produksi baru. Selain itu, produksi baru saja dimulai di ladang minyak besar Kashagan, di bawah Laut Kaspia Kazakhstan. Mengacu pada revolusi serpih - energi di Amerika Utara, lembaga itu mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menghasilkan 10 juta barel per hari minyak dalam dua kuartal terakhir tertinggi dalam beberapa dekade.
"Tempat yang diambil oleh Amerika Serikat di kursi pendorong pertumbuhan, juga sebuah kemunduran untuk beberapa dekade terakhir", kata laporan IEA.
AS ditetapkan akan menjadi produsen terbesar di luar kelompok Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada kuartal kedua tahun depan. IEA memperkirakan hal ini akan membuat AS sebagai produsen yang lebih besar daripada Rusia, "dan itu bahkan tidak menghitung bahan bakar nabati (biofuel) dan kenaikan kilang.