REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Pemerintah Indonesia, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, mengadakan pertemuan dengan delegasi Pemerintah Korea Selatan yang dipimpin oleh Presiden Park Geun-Hye di Hotel Grand Hyatt, Jumat (11/10). Salah satu tujuan pertemuan adalah meningkatkan kerja sama antara kedua negara di bidang ekonomi.
Seusai pertemuan, Hatta mengatakan Indonesia dan Korsel memiliki semangat yang sama untuk meningkatkan volume perdagangan dari 30 miliar dolar AS sampai 50 miliar dolar AS pada 2015 dan 100 miliar dolar AS pada 2020. "Kita harus bisa mencapai apa yang sudah ditargetkan itu," ujar Hatta kepada wartawan.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengakui komitmen tersebut berat, namun bukan tidak mungkin untuk diwujudkan. "Saya melihat target itu ambisius, tapi bisa dicapai," kata Bayu seraya menyebut beberapa sektor yang diminati Korsel antara lain pertanian (minyak nabati untuk makanan), energi, perkebunan (karet, serta), produk kehutanan dan perikanan.
Platform yang digunakan untuk neningkatkan target ini, ujar Bayu, adalah rencana kerja sama kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dan Korea Selatan (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement/IK-CEPA). "Mudah-mudahan dalam waktu dekat bsa ditandatangani," kata mantan wakil menteri pertanian ini.
Selain dari sisi perdagangan, Korsel juga berkomitmen untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. Khususnya investasi di bidang elektronik, teknologi informasi, otomotif, baja dan infrastruktur.
Terkait otomotif, Hatta menyebut Indonesia tengah bersaing dengan Vietnam untuk mengajak produsen otomotif Hyundai menjadikan Tanah Air sebagai basis produksi. "Saya mengatakan peluang itu besar sekali ada di Indonesia. Walaupun belum final betul, tetapi dikatakan peluang besar untuk itu. Jadi, kalau itu terjadi, maka artinya CEPA akan berjalan. Ini sama kalau kita tidak mengambil low cost green car (LGCG), maka yang akan mengambil negara lain," ujar Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan keinginan Korsel untuk terus meningkatkan investasinya di Indonesia tak lepas dari sejumlah faktor antara lain pasar yang besar, didukung oleh pertumbuhan kelas menengah. "Jadi, ini akan kita bahas sekarang," kata Suryo.
Secara keseluruhan, Bayu menyebut pertemuan ini adalah puncak kerja sama bisnis antara kedua negara. Kerja sama ini masih bisa ditingkatkan lagi. Terlebih, kata Bayu, kedua negara sama-sama telah diakui sebagai kekuatan ekonomi global yang dapat memengaruhi perekonomian dunia.
Berdasarkan keterangan dari Kemenko Perekonomian, investasi Korsel di Indonesia terus membaik sejak 2008, meskipun kondisi perekonomian global belum menentu. Perdagangan kedua negara mengalami peningkatan lebih dari 20 persen sepanjang lima tahun terakhir.
Pada semester I 2013, ekspor Indonesia ke Korsel tercatat 5,8 miliar dolar AS. Pertemuan ini akan dilanjutkan dengan Indonesia-Korea Business Forum yang dihadiri tak kurang dari 300 pengusaha Indonesia. Dalam forum tersebut, akan ditandatangani sejumlah nota kesepahaman beberapa proyek antara lain PLTU Tebo 200 Mw dan proyek bahan bakar kayu pellet di Papua Barat.