REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menargetkan defisit transaksi berjalan pada 2014 turun di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Nilai tukar rupiah saat ini diharapkan dapat meningkatkan kompetitif ekspor.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan BI memposisikan nilai tukar rupiah untuk menemukan equilibrium baru yang mencerminkan fundamentalnya sehingga pada akhirnya dapat menurunkan impor. "Kuartal 2, defisit transaksi berjalan 4,4 persen dari PDB. Tak sehat. Kita berusaha turunkan di bawah 3 persen," ujar Mirza dalam Economic Outlook 2014 CIMB Niaga di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (10/10).
Bank sentral telah mengeluarkan kebijakan untuk mengerem defisit transaksi berjalan. Salah satu kebijakan yang diterbitkan adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah melemah hingga di atas Rp 11.500 per dolar AS. Angka tersebut dinilai sesuai dengan fundamental Indonesia.
BI juga menaikan BI Rate sebesar 150 basis poin menjadi 7,25 persen. "Suku bunga dinaikan untuk merespons inflasi. Dilakukan sedikit pengetatan agar slow down dan inflasi terkendali," ujar dia.
Bank sentral optimistis laju kenaikan harga pada 2014 akan kembali normal. Mirza mengatakan inflasi normalnya sekitar 4,5 persen plus minus 1 persen. Menurutnya, kebijakan tersebut memang harus ditempuh untuk menyiapkan ekonomi nasional menangkap peluang perbaikan ekonomi global. "Kita minum pil agak pahit sekarang, demi badan lebih sehat pada 2014. Jadi pada 2014 kita bisa menangkap recovery ekonomi global, seperti di AS, Eropa, dan China," paparnya.