REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan terus memonitor secara intensif perkembangan perekonomian di Amerika Serikat (AS) terkait penutupan sebagian layanan pemerintah federal (government shutdown). Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan pihaknya terus berkomunikasi secara intensif dengan pelaku usaha di AS, khususnya di daerah bisnis seperti New York.
"Sejauh ini, dampak (government shutdown) kepada perdagangan belum terjadi. Tapi kita tidak tahu perkembangan ke depan. Saya tidak mau berspekulasi karena situasi di Washington pun masih menunjukkan ketidakpastian. Intinya, ini harus kita lihat ke depan," ujar Bayu kepada wartawan dalam jumpa pers di kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (2/10).
Government shutdown terjadi karena Partai Republik dan Partai Demokrat gagal mencapai kesepakatan terkait anggaran. Penutupan ini mengakibatkan sekitar 800 ribu anggota staf federal dirumahkan. Secara tidak langsung, peristiwa ini akan memberikan efek kepada perekonomian dunia yang ujung-ujungnya juga akan berimbas kepada Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), AS adalah salah satu negara yang menjadi mitra dagang Indonesia. Pada periode Januari-Agustus 2013, neraca perdagangan Indonesia dengan AS mengalami surplus 4 miliar dolar AS. Rinciannya, nilai ekspor mencapai 9,99 miliar dolar AS, sementara nilai impor tercatat 5,978 miliar dolar AS.