REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Indonesia Gita Wirjawan mengatakan, kenaikan harga kacang kedelai terjadi efek dari menguatnya nilai tukar dolar AS. Padahal Indonesia mengimpor kedelai karena produksi lokal yang tidak mencukupi kebutuhan.
Gita menjelaskan, kebutuhan masyarakat terhadap kedelai terbilang tinggi namun produksi kedelai nasional kurang. Berdasarkan data produksi nasional, kata Gita, produksi kedelai nasional kurang lebih sepertiga dari kebutuhan nasional. “Kalau memang sepertiga, semestinya ada satu atau dua biji produk kedelai lokal. Tetapi saya melihat tidak ada satu biji pun produk lokal,” katanya saat mengunjungi pabrik tahu di Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Jumat (20/9).
Karena target produksi kedelai tidak memenuhi kebutuhan nasional, pihaknya terpaksa membuka keran impor kedelai dibuka meski pilihan itu kurang disukai pihaknya. “Namun jika tidak mengimpor kedelai, kita tidak bisa makan tempe dan tahu,” ucapnya.
Dia menambahkan, harga kedelai mengalami kenaikan harga karena persoalan gejolak nilai tukar mata uang rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Menguatnya dolar AS tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi sluruh dunia. “Kedua karena terjadi kekacauan cuaca tempat produsen kedelai impor yaitu Amerika Serikat (AS). Disana terjadi kemarau yang agak berkelanjutan,” tuturnya.
Sehingga, ketika cuaca kacau, AS menaikkan harga kedelai. Karena harga kedelai di tempat asal importir sudah mengalami kenaikan harga, kata Gita, maka Indonesia juga membayar lebih tinggi karena pembelian kedelai dilakukan menggunakan dolar AS. Meski demikian, pihaknya membantah jika ada praktik kartel dalam impor kedelai.
Menurutnya, jika importir bisa melakukan impor sekarang maka itu adalah hukum ekonomi dan akan membantu stabilisasi harga kedelai. Bahkan, kata Gita, pihaknya sudah mengeluarkan izin importasi kedelai kepada Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) untuk menstabilkan harga. “Namun kami pastikan pasokan kedelai cukup mulai Bulan September-Maret dan seterusnya. Yang kami tidak jamin apakah rupiah dapat menguat,” ucapnya.
Lebih lanjut Gita meminta supaya para perajin tetap menjaga kestabilan kondisi Indonesia dengan tidak melakukan mogok produksi. Pihaknya juga berharap cuaca di AS semakin baik. “Selain itu produksi kedelai harus ditingkatkan supaya semakin tinggi. Sehingga tidak ada ketergantungan impor,” tuturnya.
Gita juga berharap Gakoptindo dan Bulog melaksanakan amanah dan pro perajin, pro rakyat sehingga harga kedelai semakin stabil.