REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Kamis (19/9) pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 11.324 per dolar AS. "Rupiah masih stabil, namun keputusan Bank Sentral AS yang mempertahankan stimulus keuangannya akan berdampak positif ke depannya," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (19/9).
Reza Priyambada menambahkan dengan dipertahankannya stimulus keuangan the Fed maka ketersediaan dolar AS di dalam negeri dapat bertambah dan meningkatkan nilai mata uang domestik. Apalagi, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) yang sudah menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,25 persen akan membuat investor asing tertarik untuk menempatkan dana investasinya di dalam negeri.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menambahkan dolar AS diperdagangkan cenderung melemah hampir di seluruh mata uang dunia setelah Federal Reserve mempertahankan program pembelian obligasi perbulan sebesar 85 miliar dolar AS. "Keputusan tersebut merupakan sebuah kejutan dari the Fed mengingat analis memprediksi bahwa stimulus akan dikurangi sebesar 10 miliar dolar AS," kata Ariston.
Menurut dia, masih berlanjutnya stimulus keuangan the Fed itu dikarenakan beberapa data ekonomi AS masih jauh dari yang diharapkan. "Akibat keputusan tersebut dolar AS dapat tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia," kata dia.