REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah, Rabu (11/9) pagi, bergerak menguat menjadi Rp 11.250 per dolar AS menyusul berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap konflik di Suriah. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, menguat nilainya sebesar 111 poin menjadi Rp 11.250 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.361 per dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta mengatakan nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS menyusul adanya langkah pembicaraan diplomatik terkait dengan konflik di Suriah oleh beberapa negara sehingga kondisi itu mengurangi kekhawatiran pasar akan terjadinya perang. "Sentimen regional tampaknya cukup berimbas pada laju nilai tukar rupiah meski masih dibayangi koreksi. Namun, setidaknya sudah ada perbaikan," kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, meredanya konflik tersebut mengurangi permintaan mata uang save haven seperti dolar AS sehingga menguatkan mata uang lainnya, termasuk rupiah. Selain itu, Reza mengemukakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah juga terimbas dari apresiasi dolar Australia dan yuan Cina setelah data-data ekonomi Cina yang masih direspons positif oleh pelaku pasar keuangan.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra berpendapat bahwa dolar AS kembali melemah terhadap mayoritas mata uang dunia di tengah berlanjutnya perdebatan Federal Reserve mengenai penerapan tapering program stimulusnya, menyusul data pekerjaan AS yang dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi.
Ia mengatakan bahwa data ekspor Cina yang tumbuh melampaui ekspektasi menambah optimisme pelaku pasar keuangan terhadap ekonomi di kawasan Asia akan kembali pulih dan berdampak pada penguatan nilai tukar. "Munculnya harapan akan stabilnya kondisi perekonomian Cina dan berkurangnya kecemasan atas serangan militer AS ke Suriah telah memberikan sentimen positif," katanya.