REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan akan menaikan bunga deposito dan bunga kredit menyusul kenaikan suku bunga acuan BI Rate. Kenaikan bunga kredit pun membuat bank mengerem penyaluran kreditnya, sesuai dengan keinginan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas.
PT Bank Sahabat Sampoerna, Tbk telah menaikan suku bunga simpanan pada Juni sebesar 50 basis poin (bps) pasca kenaikan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6 persen. Dengan kenaikan susulan menjadi 7 persen, Bank Sahabat Sampoerna akan menaikan suku bunga simpanan sebesar 50 bps bulan ini.
Kenaikan suku bunga simpanan akan mengerek cost of funds (COF), sehingga suku bunga kredit pun dinaikkan. "BI Rate naik, bunga kredit naik," ujar Direktur Utama Bank Sahabat Sampoerna, Indra Supriadi, dalam acara Hari Pelanggan Nasional, Rabu (4/9).
Bank Sahabat Sampoerna akan menaikkan bunga kredit pada bulan ini sebesar 50 hingga 75 bps. Kenaikan akan beragam tergantung jenis kreditnya. Indra mengatakan pinjaman angsuran akan mengalami kenaikan bunga sebesar 50 bps. Kenaikan bunga kredit dan perlambatan ekonomi akan membuat penyaluran kredit melambat. "BI sinyalemennya kuat bahwa ekspansi kredit akan ditahan. Sampai dgn triwulan I dan triwulan II tahun depan masih ditahan," ujar Indra.
Ekspansi kredit juga ditahan dengan adanya penurunan batas atas loan to deposit ratio (LDR) dari 100 menjadi 92. Penyaluran kredit Bank Sahabat Sampoerna per Juni sebesar Rp 1,6 triliun, sementara dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp 1,75 triliun.
Untuk mengatasi pembatasan kredit. Bank Sahabat Sampoerna akan memprioritaskan kreditnya pada sektor produktif. Perusahaan juga akan lebih fokus ke sektor mikro dibandingkan menengah. "Sektor SME yang kredit di atas Rp 5 miliar akan kita kurangi. Kita fokus ke SME yang dibawah Rp 1 miliar," ujar dia.
PT Bank Danamon Indonesia, Tbk juga akan meningkatkan bunga deposito dalam satu atau tiga bukan ke depan sebesar 50 bps. "Bunga kredit juga akan naik dalam dua sampai tiga bulan ke depan sebesar 50 bps," ujar Presiden Direktur Bank Danamon, Henry Ho.
Kenaikan suku bunga, diakui Henry, akan berdampak pada bisnis bank mengingat situasi saat ini sedang sulit. Ia juga menanggapi positif keinginan BI untuk memperlambat kredit agar tercapainya stabilitas pada pertumbuhan ekonomi.
"Negara ini telah tumbuh dengan kuat beberapa tahun terakhir. Dengan defisit transaksi berjalan dan pelemahan rupiah, pertumbuhan harus diperlambat dan BI menggunakan kontrol moneter untuk mengontrol pertumbuhan kredit agar terciptanya stabilitas pada makroekonomi," paparnya.