REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (4/9) pagi melanjutkan pelemahan di tengan pemulihan ekonomi AS serta ekspektasi rencana bank sentral AS (Federal Reserve) melakukan pemangkasan stimulus keuangannya pada September ini. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 25 poin menjadi Rp 11.450 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.425 per dolar AS.
"Indeks dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang dunia seiring dengan ekspektasi ekonom terhadap perbaikan tenaga kerja dan pemulihan ekonomi AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (4/9).
Ia menambahkan kondisi itu membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan mempertimbangkan kembali pemangkasan stimulus pada bulan September ini.
"Dolar AS mungkin akan menguat dalam jangka menengah dan panjang terhadap mata uang dunia," katanya.
Ia mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) untuk mengantisipasi penguatan dolar AS masih berdampak sementara. "Fundamental ekonomi domestik yang cenderung melambat diduga membuat dolar AS terus menguat," katanya.
Kepala Riset Trust Securites, Reza Priyambada menambahkan laju nilai tukar rupiah diharapkan dapat menguat kembali seiring dengan penjagaan Bank Indonesia (BI). "Tampaknya adanya rilis defisit perdagangan yang semakin melebar masih direspon negatif oleh pelaku pasar. Impor yang masih cukup besar dari nilai ekspor mengganggu laju tukar rupiah," katanya.