REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) kembali menaikan suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7 persen. Sementara itu, suku bunga Lending Facility (LF) naik sebesar 25 bps menjadi 7 persen, dan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen.
Direktur Eksektutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah, mengatakan tingkat suku bunga sebesar 7 persen sesuai dengan kondisi saat ini terkait pelemahan rupiah. "Ini respons terhadap tekanan inflasi dan kemungkinan imported inflasi karena pelemahan nilai tukar," ujar Difi, Kamis (29/8).
BI memperkirakan inflasi IHK pada akhir 2013 akan berkisar 9-9,8 persen. Tingginya inflasi terutama berasal dari volatile foods dan administered prices, sementara inflasi inti masih relatif terkendali.
Kenaikan BI Rate pun diharapkan dapat memitigasi risiko kemungkinan terjadinya pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi dan sebaliknya. Tekanan pelemahan nilai tukar rupiah masih berlanjut, baik karena tekanan pasar keuangan global sebagaimana terjadi pada hampir semua negara emerging markets, maupun karena faktor domestik terutama terkait dengan tingginya defisit transaksi berjalan dan inflasi.
Pada Rabu (28/8), rupiah ditutup pada Rp 10.945 per dolar AS, atau terdepresiasi sebesar 11,9 persen secara point-to-point dari posisi akhir Desember 2012. Ketidakpastian perkembangan rupiah masih relatif tinggi, tercermin pada tingginya volatilitas dan lebarnya kisaran perdagangan, antara lain karena reaksi pelaku pasar yang cenderung berlebihan (overshooting).
BI meyakini kenaikan BI Rate dapat mengamankan kestabilan pertumbuhan ekonomi. "Ini dosis yang kita anggap sesuai, tidak over kill, tapi mendukung kestabilan dan menjaga kesinambungan pertumbahan ekonomi kita," ujar dia. Dengan kenaikan BI Rate, BI meyakini pertumbuhan ekonomi pada 2014 akan kembali stabil.
Kebijakan lanjutan ini memperkuat bauran kebijakan sebelumnya termasuk lelang Term Deposit valas, Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), perluasan loan to value (LTV) properti, perluasan FX swap sebagai instrumen hedging, supervisory action dalam likuiditas dan penyaluran kredit.