REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan kilang pengolahan bahan bakar minyak akan ditender secara internasional menyusul belum tuntasnya persoalan insentif fiskal proyek tersebut. Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, melalui proses tender terbuka itu diharapkan didapat permintaan insentif fiskal yang paling rendah. "Siapapun bisa ikut tender, termasuk investor Kuwait dan Arab Saudi," katanya di Jakarta, Rabu (28/8).
Menurut dia, meski ditender, namun kerja sama pembangunan kilang dengan investor Kuwait, Kuwait Petroleum Corporation (KPC), dan Arab Saudi, Saudi Aramco Asia Company Limited tetap berjalan. "Tidak batal. Tapi, nanti kalau ada tender internasional silahkan ikut, tidak terbatas," ujarnya.
Karen juga mengatakan, kilang terakhir yang dibangun dan dioperasikan Pertamina berlokasi di Balongan, Indramayu, Jabar pada 1994. Saat itu, kilang-kilang lama yang dibangun mengolah jenis minyak ringan (sweet crude). Sementara, sekarang sebagian besar minyak mentah berkadar sulfur tinggi (sour crude). "Akibatnya, kita kalah bersaing dengan kilang di luar negeri," kata Karen.
Pembangunan sejumlah kilang baru, lanjutnya, diharapkan meningkatkan daya saing. Pertamina merencanakan pembangunan dua kilang baru berkapasitas masing-masing 300 ribu barel per hari. BUMN itu menggandeng investor KPC dan Saudi Aramco. KPC meminta insentif untuk membangun kilang tersebut. Namun, Kementerian Keuangan menolak permintaan insentif KPC, karena dinilai terlalu berlebihan.
KPC direncanakan membangun kilang di Balongan, Indramayu dan Saudi Aramco di Tuban, Jatim. Kilang Balongan ditargetkan memproduksi BBM sebesar 9,6 juta kiloliter dan Tuban 8,29 juta kiloliter. Selain kedua proyek itu, pemerintah juga akan membangun kilang yang dibiayai APBN.
Saat ini, Pertamina memiliki enam kilang yang mengolah 1,031 juta barel minyak mentah per hari. Keenam kilang tersebut adalah Dumai, Riau dengan kapasitas 170 ribu barel per hari, Plaju, Sumsel 118 ribu barel, Cilacap, Jateng 348 ribu barel, Balikpapan, Kaltim 260 ribu barel, Balongan, Jabar 125 ribu barel, dan Kasim, Papua Barat 10 ribu barel. Kilang tersebut memproduksikan BBM sebesar 40,6 juta kiloliter.