Selasa 27 Aug 2013 16:08 WIB

Investasi Tambang Tetap Butuh Insentif

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Tambang Newmont di Nusa Tenggara Barat  (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Tambang Newmont di Nusa Tenggara Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurunnya investasi sektor pertambangan diakibatkan karena tidak adanya insentif yang memadai  dari pemerintah. Insentif juga diperlukan untuk mendorong  peningkatan produksi tambang.

Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), Martiono Hadiyanto menyatakan ada dua faktor penting yang berpengaruh langsung pada peningkatan produksi, yakni investasi dan eksplorasi. Terlebih lagi barang tambang merupakan sumber daya alam yang persediaannya terbatas.

Pemerintah, menurutnya, berperan penting dalam investasi. '' Ada insentif, orang akan beramai-ramai berinvestasi akhirnya menaikkan produksi," ujar Martiono, di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa (27/8).

Diakuinya saat ini permintaan terhadap barang tambang seperti tembaga mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari kebijakan sejumlah negara konsumen yang menerapkan kebijakan memiliki menekankan pentingnya memiliki cadangan seperti halnya minyak mentah.  "Cadangan ini berperan untuk menjamin suplai kebutuhan mereka," tutur Martiono.

Sebagai salah satu pemasok kebutuhan tembaga dunia, NNT saat ini setiap tahun memproduksi sebanyak 192 juta ton konsentrat tembaga. Disamping memproduksi emas sebanyak 65 ribu ounces, dan perak 400 ribu ounces.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement