REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pemerintah mewaspadai rencana kebijakan pengetatan stimulus fiskal atau tapering off quantitative easing yang mungkin dilakukan oleh Amerika Serikat.
Sebab, kebijakan itu pasti akan berpengaruh pada kejelasan ekonomi global termasuk ekonomi Indonesia. Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Firmanzah mengatakan, pemerintah menunggu kepastian kapan dan berapa jumlah rencana kebijakan tapering off tersebut.
"Kami sangat menunggu, kapan dan berapa jumlahnya rencana kebijakan tappering off itu. Kita antisipasi dan ini yang sedang kita waspadai," kata Firmanzah, Selasa (27/8).
Ia mengatakan, jika kebijakan dari bank sentral AS yang akan mengurangi program stimulus bulan depan itu diterapkan, pemerintah perlu menghitung dan mempersiapkan dampaknya terhadap ekonomi di Indonesia.
Menurutnya, semua negara juga menunggu hal tersebut dan juga sedang melakukan hal yang Indonesia lakukan. Menurutnya, dampak pengurangan atau penghentian stimulus moneter di AS telah membuat goncangan tidak hanya di Asia-Pasifik.
Sebut saja India, Australia, Indonesia, Singapura, Malaysia, Pilipina, Thailand, tetapi juga Amerika Latin. Negara seperti Brasil, ujarnya, yang beberapa hari ini menggelontorkan 60 miliar dolar AS untuk menstabilkan nilai tukar mata uangnya dan pasar saham.
Firmazah mengakui, beberapa pihak mulai mengkhawatirkan situasi yang dihadapi Indonesia saat ini berpotensi menciptakan situasi krisis seperti pada 1998.
"Beberapa kalangan juga mulai mempertanyakan daya tahan ekonomi kita saat ini, apakah sekuat ketika menghadapi krisis Subprime-Mortgage di AS pada 2008," ujarnya.
Namun, ia menyakinkan fundamental ekonomi saat ini lebih kuat dibanding 1998 dan 2008. Meskipun tetap tidak mengurangi tingkat kewaspadaan, kecepatan, dan ketepatan dalam policy-respons.