Senin 26 Aug 2013 19:47 WIB

Harga Kedelai Impor Meroket, 40 Persen Perajin Tahu Terancam Gulung Tikar

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Heri Ruslan
Perajin tahu
Foto: adi wicaksono
Perajin tahu

REPUBLIKA.CO.ID,  UNGARAN — Kenaikan harga komoditas kedelai impor terus memukul para perajin tahu di wilayah Kabupaten Semarang. Para pengusaha kecil ini harus pandai menyiasati agar produksi mereka tetap bertahan.

 

Nurullah (40), pelaku usaha kecil tahu di Desa Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur mengaku, hingga saat ini, harga kedelai bahan baku tahu terus melonjak hingga Rp 1.200 per kilogram.

 

“Semula harga kedelai ini hanya Rp 7.300 per kilogram. Kini sudah mencapai Rp 8.500 per kilogram,” ujarnya, saat dikonfirmasi di tempat usahanya, Senin (26/8).

 

Kondisi ini membuat para perajin tahu terpaksa harus ikut menaikkan harga produksinya, untuk menghindari kerugian.

 

Cara ini dipilih setelah upaya untuk mengurangi ukuran tahu juga dianggap tidak mungkin. “Tanpa dikurangi ukurannya, tahu ini sudah kecil. Tidak mungkin kalau ukurannya dikurangi lagi,” jelasnya.

 

Karena itu, harga tahu per 10 biji dinaikkan Rp 1.000. Jika semula harga 10 biji tahu Rp 3.000 sekarang naik menjadi Rp 4.000 per 10 biji.

 

Terpisah, Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu (Puskopti) Jawa Tengah, Sutrisno Supriantoro mengatakan, dampak kenaikan harga kedelai ini bisa membuat produsen tahu dan tempe gulung tikar.

 

Jika harga ini masih bertahan hingga akhir bulan ini, 9.800 anggota Puskopti akan terpuruk. “Kami memperkirakan sekitar 40 persen produsen yang kapasitas produksinya di bawah 50 kilogram bias bisa gulung tikar,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement