REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Harga kedelai naik tajam di Medan atau sudah mencapai Rp8.800 per kilogram, diduga dipicu penguatan dolar AS. Harga itu langsung diikuti dengan pasokan ketat.
"Distributor mengaku kenaikan harga dampak naiknya harga impor menyusul menguatnya dolar AS," kata perajin tempe Budisudarno, di Medan, Senin (26/8).
Sementara, pasokan yang ketat disebutkan akibat perusahaan distributor tidak berani melakukan transaksi banyak menyusul tren harga yang terus menguat.
Menurut Budisudarno, harga kedelai yang menguat itu terjadi usai Lebaran dan terus naik hingga akhir pekan lalu .
Pada tanggal 12 Agustus misalnya, harga kedelai masih Rp7.350 per kilogram, naik menjadi Rp7.600 pada 16-17 Agustus dan menguat lagi pada 19 Agustus sebesar Rp8.250 dan tanggal 24 Agustus menjadi Rp8.800 per kilogram.
"Nggak tahu lagi apa nanti harga naik lagi atau malah turun dan kembali ke harga normal sebesar Rp7.200-Rp7.300 per kilogram," katanya. Satu yang pasti, katanya, kenaikan harga kedelai dan pasokan ketat membuat perajin semakin kesulitan di tengah daya beli masyarakat yang melemah termasuk untuk membeli tempe akibat krisis global.
Ia mengeluhkan jani Pemerintah pernah menyatakan menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai dengan harga di kisaran Rp7.450 per kg. "Nyatanya malah harga kedelai bertambah mahal. Pada tahun 2011 harga masih di kisaran Rp5.500-Rp6.500 per kg dan 2012 paling tinggi Rp7.000 per kg," kata Budisudarno.
Humas Bulog Sumut, Rudi, menyebutkan, sejauh ini, Bulog Sumut belum ada mengatur soal kedelai, meski Pemerintah sudah mengeluarkan keputusan tersebut. "Bulog Sumut belum menangani kedelai dan daging seperti yang direncanakan," katanya.