Kamis 22 Aug 2013 15:41 WIB

Bank Asing Catatkan Pertumbuhan Laba Minus

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Bank Asing - ilustrasi
Bank Asing - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank asing mencatatkan pertumbuhan laba minus pada paruh pertama 2013. Berdasarkan statistik perbankan Indonesia (SPI) Juni yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), bank asing mencatatkan pertumbuhan laba minus 37 persen yoy atau menjadi sebesar Rp 2,25 triliun. Padahal pada Juni 2012, bank asing berhasil mencetak pertumbuhan laba sebesar 31 persen.

Berkurangnya laba disebabkan oleh berkurangnya laba operasional yang dipicu oleh berkurangnya pendapatan operasional selain bunga (fee based income). Bank asing mencatatkan laba operasional sebesar Rp 3,2 triliun, turun 37 persen yoy, sedangkan pendapatan operasional selain bunga turun 0,04 persen menjadi Rp 14,6 triliun.

Pendapatan bunga masih dapat tumbuh walaupun lamban. Tercatat pendapatan bunga sebesar Rp 7,3 triliun, atau tumbuh hanya 10 persen. Di sisi lain, beban bunga tumbuh lebih tinggi dari pada pendapatan bunga. Beban bunga Juni 2013 tumbuh 16 persen menjadi Rp 2,1 triliun. Hal tersebut menyebabkan pendapatan bunga bersih hanya dapat tumbuh sekitar 8,3 persen atau menjadi sebesar Rp 5,1 triliun.

Sebagai perbandingan, pada tahun lalu bank asing mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 31 persen. Pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional selain bunga pun dapat tumbuh subur masing-masing sebesar 19 persen dan 15 persen.

Ekonom dari PT Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII), Juniman, mengatakan penurunan laba disebabkan oleh adanya peningkatan biaya operasional di luar beban bunga. "Peningkatan disebabkan meningkatnya kerugian transaksi valas dan derivatif. Ini berkaitan dengan pelemahan rupiah," ujar Juniman, Kamis (22/8).

Biaya operasional tercatat sebesar Rp 9,9 triliun pada Juni 2013 meningkat dari Rp 8,2 triliun pada Juni 2012. Di sisi lain, penurunan laba juga disebabkan naiknya transfer ke kantor pusat.

Pada Juni, transfer keuntungan ke pusat sebesar Rp 594 miliar, padahal Juni tahun lalu hanya Rp 283 miliar. "Naiknya karena kantor pusat profit taking untuk meningkatkan keuntungan kantor pusat. Di sisi lain, ada bank yang mengalami kerugian di kantor pusat makanya mengambil keuntungan dari sini," ujar dia.

Ke depannya, untuk meningkatkan keuntungan di Indonesia, bank asing harus mendorong kredit sehingga pendapatan bunga meningkat. Juniman mengakui hal tersebut tidak mudah karena suku bunga cenderung naik. Hal kedua, bank asing harus meningkatkan fee based income. "Keuntungan bisa dari kartu kredit. Ada biaya admin," ujar dia. Selain itu, bank harus meningkatkan efisiensi agar dapat meningkatkan profit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement