REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca transaksi berjalan akan membaik pada semester kedua 2013, setelah pada triwulan II mengalami defisit sebesar 9,8 miliar dolar AS (Rp 98 triliun) atau sekitar 4,4 persen dari PDB. "Prospek tersebut dipengaruhi prakiraan pemulihan kondisi ekonomi global dan dampak penyesuaian ekonomi domestik," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam siaran pers di laman BI, Jakarta, Selasa (20/8).
Pada satu sisi, lanjut Perry, prospek pemulihan ekonomi global yang diikuti peningkatan harga komoditi global yang diprakirakan terjadi pada semester II-2013 diharapkan dapat mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional. Pada sisi lain, tren perlambatan ekonomi domestik serta perkembangan nilai tukar rupiah yang melemah diprakirakan akan dapat mengendalikan impor menjadi lebih rendah.
Selain itu, impor minyak diharapkan juga akan menurun antara lain dipengaruhi dampak positif kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 dan pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. Secara keseluruhan berbagai kondisi tersebut akan mendorong defisit neraca transaksi berjalan pada semester II-2013 menjadi lebih rendah dan terkendali.
Perry menegaskan ke depan prospek penurunan defisit neraca transaksi berjalan diharapkan dapat semakin mendukung prospek kesinambungan keseimbangan eksternal karena defisit transaksi berjalan dapat dibiayai secara memadai oleh penanaman modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio.