Senin 19 Aug 2013 14:21 WIB

BI Kendalikan Penyaluran Kredit Perbankan

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengendalikan penyaluran kredit perbankan seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. BI menyarankan bank untuk menyesuaikan kredit dengan perekonomian sehingga kemampuan dalam menghadapi risiko bisa lebih tinggi.

Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Moneter dan Rupiah, Perry Warjiyo, mengatakan, secara industri, perbankan sudah merespons perlambatan ekonomi yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit. Namun, ia mengakui masih ada sejumlah sektor yang kreditnya masih tinggi. Untuk itu, BI melakukan supervisory action. "Kita tambahkan dengan supervisory action untuk perbankan yang masih menyalurkan kredit secara ekspansif," ujar Perry baru-baru ini.

Menurutnya, penyaluran kredit yang tinggi menjadi tidak bijak di tengah perlambatan ekonomi. Supervisory action dilakukan melalui pengawasan, pengkajian, dan berdiskusi dengan pihak bank agar mereka dapat menyesuaikan kreditnya dengan perekonomian. Hal itu bertujuan agar bank memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi risiko. "Jangan terlalu ekspansif sehigga bisa meningkatkan risiko kredit macet ke depan," ujar Perry.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Juni yang diterbitkan BI, pertumbuhan kredit telah melambat. Pertumbuhan kredit bank umum hanya sebesar 20 persen yoy pada Juni. Penyaluran kredit tercatat sebesar Rp 2.982 triliun di Juni 2013. Penyaluran kredit pada Juni 2012 sebesar Rp 2.470 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Mei sebesar 21 persen yoy.

Penyaluran kredit bank umum tercatat sebesar Rp 2.909 triliun di Mei 2013. Pada Mei 2012, penyaluran kredit bank umum sebesar Rp 2.403 triliun. Bank Persero mencatatkan pertumbuhan kredit pada Juni sebesar 24 persen yoy. Angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada Mei sebesar 23 persen yoy.

Sebagai salah satu bank persero, PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) mencatatkan pertumbuhan kredit dari  Rp179,44 triliun menjadi Rp222,65 triliun, atau naik 24,1 persen, melampaui pertumbuhan kredit di industri perbankan nasional. Menanggapi supervisory action yang akan dilakukan BI, Direktur Utama BNI, Gatot Suwondo, mengatakan kredit BNI dari awal akan tumbuh moderat dengan berfokus pada business banking, yakni consumer dan retail. "Kalau pun kami menaikan kredit, kami akan memastikan likuiditas kita," ujar Gatot, Senin (19/8).

Gatot mengatakan BNI akan menjaga posisi loan to deposit ratio (LDR) di angka 80 persen. Pada Semester I-2013, LDR meningkat menjadi 84 persen dari 74 persen pada Semester-I 2012. "Untuk tumbuh, yang pertama kita harus punya modal, yg kedua adalah likuiditas," ujar Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement