Jumat 16 Aug 2013 09:53 WIB

Asing Masih Mendominasi Pasar Modal Indonesia

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Bursa Efek Indonesia
Foto: Antara/Andika Wahyu
Bursa Efek Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyatakan asing masih mendominasi pasar modal Indonesia. Asing menguasai 57 persen dari total aset saham yang tercatat di Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST)

"Hingga Juli rasionya 57 persen," kata Direktur Utama KSEI Heri Sunaryadi di Jakarya, Kamis (15/8). Secara persentase rasio ini turun dari 59 persen pada Juli 2012. Namun secara nilai dominasi asing meningkat 17,67 persen menjadi Rp 1,61 triliun per 31 Juli 2013.

Aset saham yang dimiliki investor lokal juta mengalami peningkatan. Per Juli 2013 nilainya mencapai Rp 1,22 triliun dari Rp 955,56 miliar pada Juli 2012 atau tumbuh 28,66 persen.

Berbeda dengan saham, kepemilikan aset obligasi korporasi dan sukuk justru lebih didominasi oleh investor lokal. Per 31 Juli persentasenya mencapai 93 persen. secara rasio, persentase ini turun dari 95 persen, namun nilainya tumbuh 23,28 persen menjadi Rp 198,57 triliun. Kepemilikan asing hingga akhir Juli 2013 hanya Rp 15,63 triliun atau naik 67,52 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui kepemilikan asing di pasar saham memang masih tinggi, yaitu di atas 50 persen. Namun porsi ini dari tahun ke tahun terus menurun. "Pada 2008 porsinya sampai 70 persen," kata Ito.

Penurunan ini menunjukkan semakin besarnya minat investor domestik yang berinvestasi di pasar saham Indonesia. BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya untuk mengajak masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Salah satunya dengan menurunkan jumlah saham dalam satu lot dari 500 lembar per lot menjadi 100 lembar.

Selain bertujuan untuk menjaga saham perseroan tetap likuid, penurunan jumlah saham ini juga bertujuan untuk mendorong lebih banyak investor ritel menginvestasikan dananya. Dengan jumlah saham yang lebih sedikit dalam satu lot, nilainya akan lebih terjangkau oleh investor ritel. BEI berencana menerapkan sistem ini per 1 Desember 2013

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement