Senin 12 Aug 2013 14:47 WIB

Harga Dinar Diprediksi Stagnan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Dinar Emas PT Aneka Tambang
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Dinar Emas PT Aneka Tambang

REPUBLIKA.CO.ID, \JAKARTA -- Pasca Lebaran, harga dinar (emas) diprediksi stagnan di angka sekitar 1.300 dolar AS per ounce. "Secara jangka panjang, harga emas akan kasar (bearish) lagi sampai dia netral untuk menggertak lagi di tahun depan," ujar pemilik situs Saving Dinnar, Muhammad Baiquni, kepada ROL, Senin (12/8).

Baiquni mengatakan kenaikan harga dinar identik dengan harga emas dunia. Kenaikan harga pertahun biasanya mencapai 20 persen. "Tapi tahun ini memang siklus lima tahunan, jadi turun dulu untuk naik lagi tahun depan," kata dia.

Dinar dan Dirham tidak pernah mengalami inflasi seperti yang dialami berbagai mata uang saat ini. Dinar dan Dirham juga dianggap mampu memerangi perkembangan riba di semua bank.

Di Indonesia saat ini Dinar dan Dirham hanya diproduksi oleh Logam Mulia, PT. Aneka Tambang Tbk. Hanya perusahaan tersebut yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksi Dinar dan Dirham dengan kadar dan berat sesuai dengan standar Dinar dan Dirham Rasulullah. Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA). Di Indonesia, beberapa tempat membeli Dinar Emas dan Dirham Perak Islam, yakni Gerai Dinar dan Wakala Nusantara.

Meski terbebas dari inflasi, hingga kini penggunaan Dinar di Indonesia masih terbatas. Bahkan beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) melarang Dinar digunakan sebagai alat tukar di tanah air. "Penggunaan masih terbatas di komunitas saja," ujar Baiquni.

Pada hari ini, harga jual satu Dinar Rp 1.947.883 dan harga beli Rp 1.869.968. Sementara itu, untuk Dirham, harga jualnya Rp 62.093 dan harga beli Rp 59.609.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement