Ahad 04 Aug 2013 15:49 WIB

Indonesia Ekspor Kertas Alquran Berkekuatan 100 Tahun

  Alquran terbesar di Masjid Thoha Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/7).   (Republika/ Yasin Habibi)
Alquran terbesar di Masjid Thoha Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman, Parung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/7). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan kertas produksi dalam negeri yang digunakan untuk mencetak kitab suci Alquran merek Quran Paper (QPP) memiliki kekuatan hingga 100 tahun. Kelebihan yang dimiliki Quran Paper, menurut Hidayat, membuat produk kertas tersebut memiliki nilai ekspor yang harus terus dikembangkan. "Indonesia harus terus mengembangkan produk ekspor yang bernilai tambah," kata Hidayat di Jakarta, Ahad (4/8).

Pernyataan MS Hidayat tersebut terkait dengan wakaf 100.000 mushaf Alquran atau Alquran sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan Asia Pulp and Paper (APP) kepada masyarakat di bulan Ramadhan. "Membangun bangsa dalam segala aspek termasuk mental spiritual adalah tugas bersama. Untuk itu saya mengapresiasi wakaf Alquran APP sebagai bentuk tanggung jawab dunia industri pada lingkungannya," katanya.

Alquran yang diwakafkan APP diproduksi menggunakan Quran Paper yang dikembangkan APP melalui PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Tangerang. Quran Paper tersebut diklaim memiliki tekstur dan kualitas cetak khusus yang ringan dan halus serta kuat serta mampu bertahan hingga 100 tahun dalam penggunaan normal.

Sekitar 80-90 persen produksi kertas ini diserap pasar internasional terutama negara-negara Timur Tengah antara lain Mesir, Turki, Suriah, Lebanon yang merupakan pusat percetakan Alquran bagi seluruh dunia. Direktur Corporate Affairs and Communication APP Suhendra Wiriadinata mengatakan APP memang telah berinisiatif untuk mengadakan wakaf Alquran untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Sebagai negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia, Indonesia memiliki kebutuhan kitab suci Alquran yang sangat besar. Kementerian Agama memperkirakan kebutuhan itu mencapai dua juta mushaf per tahun pada tahun 2011.

Namun, hingga kini pencetakan secara nasional baru bisa memenuhi sekitar 50 ribu hingga 60 ribu mushaf saja."Akses mendapatkan Al Quran tentu semakin sulit didapat oleh mereka yang tinggal di pedalaman dan daerah-daerah terpencil di perbatasan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement