Kamis 01 Aug 2013 16:35 WIB

BPS: Mayoritas Industri Manufaktur Tumbuh Positif

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
 Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) PT Chandra Asri di Kawasan Industri Cilegon, Banten.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) PT Chandra Asri di Kawasan Industri Cilegon, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) dan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) pada triwulan II 2013 terhadap triwulan I 2013.  Dalam temu pers di kantor pusat BPS, Kamis (1/8), Kepala BPS Suryamin mengatakan produksi IBS tumbuh 6,57 persen dan produksi IMK tumbuh 15,55 persen.

Suryamin menjelaskan kenaikan produksi IBS diakibatkan oleh peningkatan investasi pada 2012, khususnya pada triwulan IV yang dampaknya semakin terlihat pada triwulan II 2013.  "Sebab ada time lag dari investasi dan output-nya baru terlihat," ujar Suryamin. 

Sebagai gambaran, produksi IBS pada triwulan II 2013 terhadap triwulan I 2013 tercatat tumbuh 1,12 persen.  Data BPS memperlihatkan, pertumbuhan produksi IBS didorong oleh produksi industri percetakan dan reproduksi media rekaman (19,60 persen), industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer (17,96 persen), industri logam dasar (15,67 persen) dan industri barang logam, bukan mesin dan peralatan (15,40 persen). 

Sementara penurunan produksi IBS terlihat pada produksi farmasi, produk obat kimia dan obat tradional (7,92 persen), karet, barang dari karet dan plastik (10,70 persen), tekstil (12,46 persen) dan mesin dan perlengkapan (13,61 persen). 

Kemudian untuk produksi IMK, pertumbuhan didorong oleh produksi industri makanan (30,66 persen).Selain industri makanan, motor pertumbuhan produksi IMK adalah industri komputer, barang elektronika dan optik (24,87 persen), industri minuman (24,16 persen) dan tekstil (20,64 persen). Industri yang mengalami penurunan produksi hanyalah industri alat angkut lainnya yang mengalami penurunan sebesar 1,13 persen.

Suryamin mengatakan peningkatan pertumbuhan produksi industri manufaktur di dalam negeri dapat menjadi sinyal yang baik di tengah kelesuan ekspor.  "Mudah-mudahan.  Artinya kalau ekspor masih mengalami penurunan, terdapat hasil produksi (manufaktur) yang dapat dipasarkan di dalam negeri," kata Suryamin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement