REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatat perolehan laba bersih hingga akhir semester pertama 2013 senilai Rp 118 miliar. Pencapaian ini didorong oleh pendapatan yang kuat dari perusahaan-perusahaan konsolidasi.
Di sektor produk dan jasa konsumen, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) memperlihatkan kinerja operasional yang solid. Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 31 persen menjadi Rp 6,78 triliun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh penjualan sepeda motor yang kuat di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Volume penjualan meningkat sebesar 26 persen menjadi 447.578 unit pada semester pertama 2013.
Di sektor infrastruktur, PT Tower Bersama Group Tbk (TBIG) melaporkan pertumbuhan jumlah penyewa yang signifikan melalui pertumbuhan organik maupun melalui akuisisi. TBIG mencatat pertumbuhan penyewa BTS sebesar 77 persen menjadi 15.277 penyewa. Hal ini mendorong peningkatan laba kotor perseroan sebesar 98 persen. Sehingga pendapatan perseroan tumbuh 96 persen.
Sementara itu, pendapatan Saratoga dari perusahaan yang dikonsolidasikan yang bergerak di bisnis pengilangan minyak melaporkan kenaikan laba kotor sebesar 68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, karena efisiensi operasional. "Saratoga optimistis akan prospek masa depan perusahaan. Kami yakin ketahanan jangka panjang model bisnis kami untuk menghadapi tantangan pasar saat ini dan kemampuan untuk mencari kesempatan bisnis yang menguntungkan," ujar Presiden Direktur Saratoga Sandiaga S Uno, Kamis (1/8).
Saratoga terus melakukan investasi di tiga sektor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan prospek jangka panjang yang sangat positif. Investasi Saratoga di PT Lintas Marga Sedaya yang mengelola proyek jalan tol Cikampek-Palimanan berjalan sesuai jadwal. Konstruksi telah dimulai pada bulan Januari 2013. Seluruh lahan telah diakuisisi, ijin kerja telah dikeluarkan oleh pihak berwenang dan hutang senior dieksekusi serta fasilitas penarikan dimulai sejalan dengan tonggak penting proyek tersebut.
Sementara itu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berada di jalur untuk mencapai target tahunannya dan mencapai tujuan jangka panjang guna menciptakan nilai maksimum jangka panjang yang berkelanjutan dari bisnis batubara di Indonesia. Bisnis Adaro telah pindah ke hilir menjadi perusahaan energi, yang akan mengurangi pengaruh volatilitas harga batubara terhadap kinerja Perusahaan. Adaro akan mencapai 850 juta sampai 1 miliar dolar AS tahun ini.
Sementara itu, Provident Agro telah melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 8 persen menjadi Rp 299 miliar pada semester pertama 2013. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan volume penjualan sebesar 37 persen, meskipun harga jual rata-rata mengalami penurunan sebesar 15 persen.