Rabu 31 Jul 2013 16:40 WIB

Rupiah dan BI Rate Membuat Pengusaha Pailit

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Rupiah
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha sekaligus Direktur Utama perusahaan tambang PT Indosmelt, Natsir Mansyur mengatakan, dinaikkannya suku bunga acuan (BI rate) dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat membuat pengusaha pailit, terutama pengusaha sektor hilir yang banyak mengimpor bahan baku.

Menurut Natsir,  struktur industri yang ada di Indonesia saat ini sedang tidak sehat.  Karena industri yang tidak sehat itu, banyak pengusaha di sektor hilir harus mengimpor bahan baku. Dia menuturkan, sebanyak hampir 80 persen indutri sektor hilir mengimpor bahan baku modal seperti industri tekstil, sepatu, sampai minyak dan gas (migas). Otomatis, dia menambahkan,  perusahaan-perusahaan ini merasakan kenaikannya, setidaknya tiga bulan setelah impor.

‘’Jadi tergantung daya tahan industrinya, arus kas (cash flow) nya. Kalau cash flow-nya tidak kuat, maka industri perusahaan itu bisa pailit,’’ katanya kepada ROL di Jakarta, Rabu (31/7).

Di satu sisi, ekspor komoditi Indonesia kali ini turun. Natsir menyebutkan, beberapa waktu yang lalu juga terjadi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun ekspor komoditi saat itu juga besar, seperti cokelat.

‘’Namun kali ini ekspor komoditi kita terus turun. Dari target ekspor sebesar 250 miliar dolar AS, namun realisasinya turun 30 persen dari target,’’ ujar pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua umum Kadin Indonesia bidang pemberdayaan daerah dan Bulog ini. Dia khawatir situasi pelemahan nilai tukar rupiah dan dinaikkannya BI rate bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement