REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang rupiah kembali melemah ke posisi Rp 10.195 per dolar AS, Selasa (23/7) pagi, seiring dengan utang luar negeri swasta yang akan jatuh tempo pada tahun ini. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah nilainya sebesar 125 poin menjadi Rp 10.195 dibanding posisi sebelumnya Rp 10.070 per dolar AS.
"Utang luar negeri swasta yang akan jatuh tempo pada periode Juni-Desember 2013 diperkirakan mencapai 24 miliar dolar AS. Perkiraan kebutuhan valas itu membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah makin besar dan tetap tinggi hingga akhir tahun," kata ekonom Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa (23/7).
Ia mengatakan bahwa jumlah utang luar negeri itu merupakan bagian dari keseluruhan utang yang jatuh tempo pada tahun 2013 sebesar 32 miliar dolar AS dengan perincian 29,9 miliar dolar AS utang pokok dan sisanya berupa bunga. "Rupiah diprediksi bergerak di kisaran antara Rp 10.100-Rp 10.150 per dolar AS," kata dia.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengutarakan nilai tukar rupiah masih belum mampu keluar dari area negatif seiring dengan minimnya sentimen positif dari dalam negeri dan eksternal. Ia mengatakan bahwa kalangan pelaku pasar uang menilai pelemahan nilai tukar rupiah salah satunya didorong dari cadangan devisa Indonesia yang cenderung tergerus sehingga akan menyulitkan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi.
"Sementara itu, sentimen positif dari Eropa yang membaik menyusul parlemen Yunani telah meloloskan kebijakan penghematan belum mampu mendorong nilai tukar di kawasan Asia menguat, termasuk rupiah," kata dia.