Senin 15 Jul 2013 11:22 WIB

Bank Muamalat Bersiap Menjadi Bank Ritel

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Bank Muamalat
Foto: Republika/Wihdan
Bank Muamalat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk sedikit menggeser strateginya dalam menggarap industri perbankan syariah tanah air. Bank Muamalat tidak hanya sekadar mengusung kesyariahan dalam bisnisnya tapi juga mengedepankan keuntungan lain pada nasabah.

Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank Muamalat, Andi Buchari mengatakan masyarakat Indonesia kini sangat rasional. "Meski mereka Muslim, tapi tetap berpikir apa yang didapat kalau memindahkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah. Nah, itu yang sedang kami pacu tanpa meninggalkan nilai-nilai syariah," ujarnya kepada ROL akhir pekan lalu.

Salah satu cara Bank Muamalat mencapai hal tersebut adalah dengan menerbitkan kartu dengan teknologi chip pertama dan disusul layanan visa sehingga dapat bertransaksi di manapun secara tunai. "Jadi kalau nasabah pergi haji atau liburan dapat digunakan dimana pun," kata dia.

Andi mengatakan Bank Muamalat kini bersiap menjadi bank ritel. Saat ini bank berupaya meningkatkan produktifitas cabang-cabang yang telah dibukanya. Ekspansi Bank Muamalat pun sudah meluas hingga Indonesia Timur. Sudah ada lebih 100 cabang yang dimiliki Bank Muamalat termasuk yang di Malaysia.

Total nasabah Bank Muamalat mencapai 820 ribu nasabah. "Mungkin bank yang sudah listing belum tentu sebanyak itu," ujar Andi.

Bank Muamalat selalu menjadi pionir dalam perbankan syariah dalam 20 tahun. Selain merupakan bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat juga salah satu pelopor pendirian asuransi syariah pertama di tanah air. Tak hanya sampai di situ, Bank Muamalat juga bank pertama yang mendirikan perusahaan multifinance syariah, mempunyai cabang di Malaysia, bank pertama yang menerbitkan sukuk serta mendirikan lembaga zakat mal pertama yakni Baitul Mal Muamalat.

Andi melihat masih kecilnya market share perbankan syariah nasional yakni kurang dari 5 persen menjadi tantangan tersendiri. Pertumbuhan perbankan syariah sekitar 30 persen pertahun sementara perbankan konvensional 10 persen pertahun. Dia memproyeksikan bila pertumbuhan dapat dijaga, maka tahun ini perbankan syariah akan menembus pangsa 5 persen.

"Kemudian di 2016 akan mencapai 10 persen dan di 2023 kita bisa menyalip Malaysia dengan market share terbesar di Asia, asal konsisten," ucapnya.

Menurutnya, secara regulasi, aturan-aturan perbankan syariah sudah baik. Ke depannya, perbankan syariah harus dikampanyekan lebh masif lagi baik dari pemerintah, para pelaku dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tahun depan bertugas mengawasi dunia perbankan. "Semuanya harus dilakukan secara bersama, jangan  sendiri-sendiri. Kalau sendiri-sendiri, bisa kalah dari bank konvesional dalam sosialisasi karen mereka punya modal besar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement