REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Aktivitas pencarian ruang perkantoran di wilayah DKI Jakarta diperkirakan berjalan lambat terutama setelah pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah baru-baru ini.
"Perusahaan masih ada yang menunggu gejolak kenaikan BBM sebelum memutuskan untuk ekspansi ruang kantor," kata direktur Office Service Colliers International, Bagus Adikusumo dalam konferensi pers tentang laporan sektor properti kuartal II tahun 2013 di Jakarta, Senin (8/7).
Faktor lainnya, imbuhnya, yakni perekonomian AS yang membaik. Ia juga mengingatkan daya beli diperkirakan melemah dan tingkat inflasi tinggi sebagaimana diramalkan Bank Dunia bisa mencapai 9 persen.
Kemudian kinerja pertumbuhan yang menurun di sejumlah negara seperti China, ujar dia, juga akan berpengaruh terhadap kinerja eksportir di Indonesia yang memiliki sasaran ekspor ke negara tersebut.
"Ke depan mudah-mudahan benar bahwa pada Agustus, imbas BBM akan normal kembali," katanya. Bagus juga memprediksi bahwa pertumbuhan properti di Indonesia akan terus melonjak hingga diprediksi akan terkoreksi sekitar tahun 2016.
Sebagaimana diberitakan, kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai kurang berdampak secara langsung terhadap meningkatnya harga rumah karena telah terjadi lonjakan harga properti yang sangat tinggi di Indonesia dalam jangka waktu beberapa tahun terakhir.
"Secara teori pengembang akan juga menaikkan harga rumahnya, namun tentunya dalam prakteknya tidak dapat sesederhana itu karena naiknya BBM tidak berdampak secara langsung terhadap kenaikan harga rumah," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda.
Segala risiko termasuk harga BBM saat ini, ujarnya, seharusnya telah menjadi pertimbangan pengembang ketika merencanakan pengembangan suatu proyek properti.